“Ngomong-ngomong tentang motivasi diri, mengapa setelah mengikuti seminar motivasi, motivasi tidak bertahan lama?” Pada artikel lain
saya sudah membahas bahwa motivasi memang bisa berkurang. Menyangka
motivasi itu permanen, adalah kesalahan yang pertama. Alasan kedua ialah
kita akan kehilangan motivasi jika kita hanya mengharap motivasi dari
luar. Sebab motivasi terkuat datang dari diri sendiri.
Lalu bagaimana dengan peran motivasi dari luar? Meski motivasi diri itu penting, bukan berarti motivasi dari luar tidak penting. Motivasi yang datang dari luar bisa membantu menemukan dan membangkitkan motivasi diri Anda. Seorang motivator yang baik tentu akan membangun diri Anda menjadi seorang yang mampu menemukan dan membangkitkan motivasi diri yang di motivasinya.
Faktor Motivasi Diri
Dalam berbagai buku NLP disebutkan bahwa hanya ada dua faktor motivasi diri
yaitu mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan atau rasa sakit.
Namun jika saya kerucutkan lagi, hanya ada satu faktor motivasi, yaitu
cinta. Semakin besar cinta kita, akan semakin besar motivasi yang
bangkit.
Lihatlah, banyak orang yang sampai nekat bunuh diri
karena putus cinta. Ini menggambarkan bahwa cinta memiliki kekuatan
untuk menggerakkan diri kita, bahkan untuk hal-hal yang buruk dan tidak
masuk akal. Mungkin Anda sudah banyak mendengarkan kisah cinta picisan,
apa pun dilakukan “karena cinta”. Cinta adalah sumber dari motivasi
diri.
Joe Vitale menyadari kekuatan cinta sebagai motivator utama setelah dia melihat film 50 First Dates (2004) (50 Kencan Pertama) yang menggambarkan usaha
seorang pria yang setiap hari berusaha membuat seroang wanita jatuh
cinta kepadanya. Usaha ini dilakukan setiap hari, karena sang gadis
pujaan memiliki ingatan yang mampu mengingat cuma 1 hari. Ini hanya
salah satu dari sekian kisah cinta dalam film.
Anda bisa
memanfaatkan kekuatan cinta ini untuk mendapatkan motivasi diri. Tentu
saja, tidak sebatas cinta terhadap lawan jenis, tetapi cinta kepada hal
lainnya juga. Saat Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda akan memiliki
motivasi yang cukup saat bekerja. Lihatlah pemasin sepak bola, di tengah
jadwal yang ketat, mereka tetap enjoy bermain di lapangan, karena mereka mencintai profesinya sebagai pesebak bola.
Motivasi Diri Paling Kuat
Namun, ada cinta yang paling kuat.
Saat Anda tidak memiliki cinta ini, sungguh Anda sudah menyia-nyiakan
hidup Anda. Inilah cinta yang paling besar, yang memotivasi para mujahid
di medan perang. Tidak takut mati, tidak takut rasa sakit, tidak takut
apa pun, demi cinta ini. Cinta ini tiada lain, cinta kepada Allah. Cinta
kepada Allah, adalah cinta yang hakiki yang menjadi sumber motivasi
diri paling kuat.
Karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Begitu juga bisnis
adalah bagian dari ibadah. Dan, ibadah adalah sebagai cinta kita kepada
Allah, maka kerja dan bisnis kita juga adalah perwujudan cinta kita
kepada Allah. Seharusnya, saat kita bekerja dan bisnis, kita akan
memiliki motivasi yang tinggi.
Sudahkah?
Mari kita
pancangkan niat kita, bahwa kerja dan bisnis kita untuk beribadah.
Marilah kita pupuk kesadaran kita, bahwa bisnis dan kerja kita adalah
salah bentuk wujud cinta kita kepada Allah.
Adakah perasaan cinta
kita kepada Allah? Jika terasa kurang, maka iman kita harus ditingkatkan
lagi. Sebab cinta kepada Allah hanya dimiliki oleh mereka yang beriman.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah:165).
Jadi,
motivasi diri bisa dikembangkan dengan meningkatkan iman kepada Allah
secara terus menerus. Cinta kepada kepada Allah semakin tinggi, motivasi diri pun semakin tinggi.
Hari-hari Akan Dijalani Dengan Penuh Semangat
Tidak
ada wujud lain dari bukti cinta kita kepada Allah selain dari
beribadah. Ibadahlah yang diminta oleh Allah. Sebagai bukti jika kita
mencintai-Nya maka kita akan menuruti apa yang diminta oleh Yang
Dicintainya.
Semantara, semua hidup kita harus dalam rangka
ibadah. Semua aktivitas kita adalah ibadah. Artinya semua gerak gerik
kita harus merupakan bentuk cinta kepada Allah.
- Pertama, niatkan bahwa apa yang kita lakukan adalah demi Allah yang kita cintai.
- Kedua, lakukan aktivitas kita sesuatu dengan tuntutan syar’i, baik itu adalah ibadah maghdoh maupun ghair maghdoh, keduanya ada tuntunannya. Artinya sebagai wujud cinta kepada Allah kita akan terus belajar bagaimana cara menjalankan ibadah yang benar.
- Dan yang kita kita akan semangat melakukannya. Biasanya, kita akan melakukan sesuatu dengan semangat, berani, dan kontinyu demi yang dicintainya.
Namun Cinta Urusan Hati
Cinta
adalah urusan hati. Cinta adalah tidak bisa dipaksakan. Betulkah? Tentu
saja ada benarnya. Namun, secara fitrah, manusia adalah makhluq yang
mencintai Allah. Secara fitrah manusia sangat mencintai Allah.
Namun
pada kenyataannya, cinta kepada Allah bisa dibelokan. Kita bisa melihat
bagaimana cinta kepada lawan jenis bisa mengalah cinta kepada Allah.
Buktinya adalah mereka yang mau melakukan hal-hal dosa demi cintanya
kepada pacar. Cinta kepada harta pun bisa mengalahkan cinta kita kepada
Allah. Buktinya banyak orang yang mau melakukan usaha yang haram demi
cintanya kepada harta.
Syaithan dengan memanfaatkan hawa nafsu
menjadikan apa yang kita cintai selain Allah menjadi begitu indah.
Seolah tidak ada cinta yang lebih penting dibandingkan “seseorang”
pujaan hatinya. Apa pun rela dilakukan demi cintanya itu.
Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka
membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka ada-adakan. (QS. Al-An’aam: 112)
Cinta
memang urusan hati, namun kita bisa membersihkan hati agar kita
memiliki cinta yang hakiki, cinta pada tempatnya. Cinta kepada lawan
jenis, harta, keluarga, dan yang lainnya boleh sebagai motivasi diri
Anda, yang penting tidak mengalahkan cinta Anda kepada Allah sebagai
motivasi diri yang utama.
0 komentar:
Posting Komentar