Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Sabtu, 24 Desember 2011

Mari Kita Berbicara (Komunikasi) Penuh Etika


Komunikasi bagi sebagian besar orang merupakan hal yang sepele kalau ditelisik sepintas, melakukan komunikasi seolah-olah merupakan hal yang mudah dan ringan.Apa susahnya berbicara sedangkan semua orang memiliki mulut dan pita suara? Namun, mari kita coba cermati cara berkomunikasi kita dan orang-orang disekitar kita. Ternyata sebagian besar memiliki masalah dalam berkomunikasi termasuk masalah keefektivitasan.
          Di samping itu tidak sedikit lawan bicara kita yang menerjemahkan hal-hal yang kita maksud, kadang-kadang itulah yang membuat kita menjadi miscommunicated. Oleh karena itu, pantas saja dalam berbagai institusi, kemampuan komunikasi adalah hal yang paling penting dan diprioritaskan bagi semua elemen sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalammenjalankan berbagaiaktivitas.
          Lebih spesifik kemampuan komunikasi juga harus dimiliki oleh mahasiswa, apalagi mahasiswa yang nantinya akan menjadi panutan, pendidik seperti kita. Dengan melihat berbagai dinamika yang terjadi di Kampus kita ini baik yang dari dalam maupun dari luar. Tidak bisa dipungkiri kadang-kadang juga terjadi salah paham antar dosen dengan mahasiswa, antar mahasiswa dengan mahasiswa. Dewasa ini juga telah terjadi degradasi moral dalam hal menyampaikan pendapat, mengkomunikasikan sesuatu termasuk di dunia pendidikan. Banyak dari kita yang salah persepsi tentang kebebasan berpendapat sebagai bagian dari perwujudan Negara demokrasi. Banyak orang, lantaran memiliki hak untuk bersuara, maka mereka sewenang-wenang menggunakan haknya bahkan ada yang mengganggu kebebesan orang lain, merendahkan dan berbagai macam penyalahgunaan hak-hak lainnya.
          Komunikasi yang dimaksud adalah percakapan atau penyampaian informasi yang melibatkan kecerdasan yang dimiliki baik oleh pihak komunikator (penyampai pesan) maupun komunikan, sehingga percakapan atau pertukaran informasi tersebut mencapai sasaran yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan emosi yang mencakup etika, tata karma dan sopan santun dalam berkomunikasi. Sangat jarang sekarang ini ada individu yang memiliki kedua-duanya. Padahal yakinlah bukan tingginya suara, kebringasan dalam mengkomunikasikan sesuatu yang membuat lawan bicara segan bahkan takut akan tetapi sopan santun, menyampaikannya dengan penuh etika itulah yang akan menjadi kunci sukses dalam berkomunikasi dan penyampai pesannya akan disenangi dan dihormati,
          Besar harapan penulis kepada diripribadi dan kepadakawan-kawan semuannya mari kita mulai sekarang berusaha untuk mengasah kemampuan komunikasi kita yang dipadukan dengan kecerdasan emosi (beretika, sopan, santun) dalam menyampaikan apapun, kepada siapapun. Sudah saatnya kita berkontribusi membangun karakter bangsa yang bermoral dan pendidikan yang berkarakter. Tidak ada salahnya, kalau kita mewujudkan pendidikan berkarakte rmulai dari diri kita, salah-satunya dengan berkomunikasi yang baik dan santun.
          Pembicara yang sukses bukan karena diamampu mengalahkan lawannya dalam  berdebat dengan suara lantang dan kebringasan, tetapi adalah dia yang mampu menghargai lawanbicaranya siapapun itu dan berusaha menyampaikan pendapatnya dengan santun.
          Tidak ada salahnnya penulis berbagi dalam saling mengingatkan antara satu sama lain karena sudah sepatutnya kita menjadi calon pendidik dan calon panutan yang santun dalam berkomunikasi karena itu bagian dari proses pembentukan moral bangsa.
Selamat membaca!.
Andifardian
(Mahasiswa Pendididikan Bahasa Inggris ang. ’09)

GAUL n CERDAS bersama MENTORING



Orang cerdas kayaknya saat ini lagi laris manis bak cilok yang ada dimana- mana. Ungkapan- ungkapan yang terlontar dan terdengar , “udah keren, cakep, cerdas lagi,” dan berbagai ungkapan yang sejenis. Bahkan dalam ajang yang notabene mengumbar aurat semisal pemilihan model, miss universe dan miss miss yang lain. Brain juga dimasukkan sebagai salah satu kategori kemenangan biar keren githu lho kelihatannya. Meski pada faktanya kecerdasan juga belum tentu masa depan yang cemerlang! Lho kok bisa?
Hmm...Untuk menjawab hal beginian emang enggak mudah sih........, apalagi bagi orang yang masih perlu banyak belajar kayak yang nulis, tapi kita coba ulas apa yang pernah ane tau ja ya........!, bagi- bagi ilmu biar nambah ilmunye.
Baru – baru ini banyak banget diselenggarakan  olimpiade, lomba karya tulis dan yang berbau akademis maupun nonakademis lainnya dengan skala nasional maupun internasional. Tapi kalo kita amati, sepertinya nama- nama yang muncul mayoritas orang- orang nonmuslim. Mana ne muslim muslimah jempolan?? Apa iya kita ini umat terbelakang?
Semua pasti serempak kayak paduan  suara menjawab “ enggak banget deh,” Wong ayat pertama yang di turunkan pertama kali yang tentunya bertentangan sangaaad dengan pertanyaan di atas. Karena tidak sedikit cendikiawan – cendikiawan muslim pentolan, yang paling termashyur di negara kita mungkin Pak Habibie. Beliau adalah seorang muslim yang cerdas, sangat diperhitungkan dan menjadi salah satu warga negara kehormatan  di negara sekaliber Jerman. Dan tentunya masih banyak lagi cendikiawan- cendikiawan muslim yang lain dengan seabtek karya dan prestasi yang kalau kita tulis bisa jadi ensiklopedi.
Sebagaimana kita ketahui orang cerdas bukanlah sesuatu yang langka banyak begete malah. Tapi cerdas yang bagaimana dlu neh?Apa saja sesuatu dan hal lain yang menghalangi kita untuk menjadi orang- orang cerdas yang sejati, kayak iklan rokok aja sejati bikin bangga.
Banyak orang cerdas yang dengan kecerdasan yang dimiliki bukannya jadi penolong umat tapi malah penghancur umat. Dengan bertambahnya ilmu yang dimilikinya bukannya semakin menambah baik iman dan amalnya. Ehh.....malah orang yang ragu dengan kebenaran islam ato bahasa kerennya  Muzabzab (ragu antara iman dan kufur).
Sehingga ide- ide rusak seperti feminisme, kesetaraan gender, dan apa mungkin  nama- nama lainnya. Hingga tataran pola permisif dan hedonis dianutnya. Ia menganggap bahwa ide-ide itulah yang membuat dunia barat maju (padahal g’ githu juga). Karena itu, bila umat muslim ingin maju maka ide- ide itulah yang seharusnya dianut. Waduh gawat gati semeton!, pada lupa mungkin ya, kalo kita punya Al- Qur’an yang tidak akan pernah ketingalan zaman.
Bila cerdas seperti itu yang dimaksudkan, sungguh adalah cerdas yang tidak mencerdaskan bahkan cerdas yang kampungan. Cerdas yang merusak alias destruktif. Karena kecerdasannya Cuma dalam tataran angka di atas kertas yang bernama IP, tapi secara nyata ia merusak pemahaman dan aqidah umat dengan ide- ide kufurnya.
Padahal cerdas yang sesungguhnya adalah cerdas yang sesuai syariat. Seseorang dikatakan cerdas ketika ilmu yang didapatnya maka makin bertambah keyakinannya kepada allah dan berjuang menegakkan kalimat- Nya. Kecerdasan dalam islam meliputi semuanya. Ketika kita melihat alam semesta dan berpikir tentang penciptaan- Nya, pastilah akan muncul –stimulus- stimulus – untuk lebih mengagungkan-Nya lagi, semakin yakin akan keberadaan dan kemahabesaran-Nya, Sang pencipta sekaligus pengaturnya.
Semua hal di atas tidak akan mungkin kita bisa dengan pengerahuan agama yang hanya bersifat turun – temurun tanpa pemahaman yang benar, yang akan menyebabkan kita mudah digoyahkan oleh pemikiran- pemikiran yang akan merusak moral dan akidah kita. Untuk mendapatkan pemahaman agama yang benar, tentunya dibutuhkan usaha, lingkungan yang mendukung, teman- teman yang selalu mengingatkan ketika salah dan menyemangati ketika lemah. Bukan dengan bim sala bim kita menjadi orang baik.
Dibutuhkan proses pembelajaran yang sedikit- demi sedikit yang dikenal dengan Tarbiyah. Dengan waktu belajar agama islam yang dijatahkan dua SKS cukuppkah??   Wah.......Pertanyaan apa pula ini? Pernah enggak sih pertanyaan seperti ini terbersit di benakmu saudara/ i ? Ato mungkin di antara kita malah ada yang cuek bebek, tanpa ada perhatian sedikitpun !!
Terus solusinya gimana buk/pak??  Maha Besar Allah yang Mahatahu kebutuhan hamba- Nya. Di kampus kita ternyata masih ada saudara/ saudari kita yang sangat perhatian, yang bahkan rela mengorbankan waktu, tenaga, biaya untuk terus mengingatkan kita dalam kebenaran dan kesabaran. Mentoring!!
Apa itu? Mentoring adalah suatu  wadah......nampan juga bisa, dengan sistem pembelajaran yang struktur dengan baik, tidak kaku kayak di kelas, karena kegiatannya bisa sambil jalan- jalan, rujakan party, bakri (Bakar ikan) dan banyak hal hal seru yang g’ kalah asyik dan tentunya sambil belajar agama juga. Keren kan!
Udah bisa seneng- seneng tapi juga  nambah pengetahuan biar enggak jadi mahasiswa kupeng ( kurang pengetahuan) dan kuper (kurang pergaulan). Pokonya mantap tenan, enaknya juga bisa minta tolong di ajarin terkait tugas kuliah, dan lainnya.
Seperti itulah mahasiswa seharusnya, cerdas yang multi fungsi. Ya cerdas otaknya, cerdas emosionalnya, dan yang pasti cerdas spiritualnya. Jangan sampai salah kaprah, apalagi malah kebalikannya. Apa gunanya cerdas secara IQ tapi lupa lupa pada pemberi kecerdasan itu sendiri? Apa gunanya juga gelar berderet tapi ternyata kufur nikmat!
Ah, ternyata itu semua memang tak ada gunanya bila kecerdasaan yang ada ternyata tidak mampu membuat pemiliknya Mengenal Rabb- Nya. So,jangan pernah mau jadi cerdas yang bablas binti tidak tau diri. Cerdas itu kudu taat syari’at! Jadilah pemuda/ pemudi yang sudah cakep, keren, sudah soleh............prestasinya oke!! Harussssss itu
Allahuakbar Jayalah Islam
Dimuliakan Perjuanganmu
Allahuakkbar Tinggilah Islam
Tinggi karena perilakumu
( Derap kemenangan, Snada)
Oleh :
Eka Rahmi Hayati
Koordinator Keputrian MT Al-Kahfi 2011