Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Kamis, 16 Desember 2010

Masjid Ijabah, Saksi Cinta Sang Nabi





Masjid Ijabah kecil saja. Ia tampak berhaja bila dibandingkan Masjid Nabawi yang besar dan megah. Tapi inilah masjid yang menjadi saksi begitu besarnya cinta Nabi Muhammad kepada umatnya. Di sinilah, Nabi Muhammad memanjatkan tiga doa untuk keselamatan umat Islam.
GB
Masjid Ijabah terletak di Jalan Malik Faisal, atau di sebelah utara pemakaman Baqi.

GB
Awalnya masjid ini bernama Masjid Mu'awiyah. Namun karena Rasulullah pernah berdoa di dalamnya, namanya diganti menjadi Masjid Ijabah.
GB
Masjid Ijabah memiliki luas 1.000 meter persegi. Tentu masjid ini terlihat mungil bila dibandingkan dengan Masjid Nabawi yang luas halamannya saja mencapai 235 meter persegi.


GB
Ada dua kubah di masjid ini. Kubah di depan masjid setinggi 11,70 meter dengan diameter 9,5 meter. Kubah ini tidak dilengkapi dengan bulan sabit. Sementara kubah di sudut sebelah tenggara lebih tinggi yakni 36 meter tingginya termasuk dengan bulan sabitnya.
GB
Ruang untuk jamaah wanita di Masjid Ijabah.


Senin, 29 November 2010

Hidup dan Mati Mulia

Hidup bukan hanya mengejar dunia. Maka, bermujahadah dalam menggapai Kecintaan-Nya
 
Oleh: Shalih Hasyim*
 
Namanya William James Sidis. Saat  usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Sidis sudah menulis beberapa buku sebelum berusia beranjak 8 tahun, Diantara bukunya  tentang anatomy dan astronomy. Diusia 11 tahun, ia diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda. Universitas Harvard terpesona dengan kejeniusannya saat ia memberikan ceramah tentang “Jasad Empat Dimensi” di depan para professor matematika. Hebatnya, Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. 

Keberhasilan William Sidis tak lain berkat keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang juga seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Tapi, mendadak ia menghilang dan ditemukan lagi oleh wartawan dalam kondisi menggenaskan. Sidis meninggal diusia muda, 46 tahun. Sebelum meninggal, ia mengakui kehidupannya tidaklah bahagia. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika justru membuatnya tersiksa.  
 
Dalam kehidupan sosial, Sidis juga mengaku hanya sedikit memiliki teman. Ia  juga sering diasingkan oleh rekan sekampus, tak  pernah memiliki seorang pacar ataupun istri. Bahkan Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia pergi dari rumah dan justru lebih memilih menjadi pemulung. Kejayaan masa kecilnya hanya diakui sebagai adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan orang lain.  
 
***
 
Pengalaman Sidis dan ayahnya, bisa jadi pelajaran berharga. Islam tak pernah menafikkan gemerlap dunia namun tak menjadikannya sebagai tujuan utama.
 
Dalam Islam, tujuan puncak seorang Muslim dalam segala bentuk pengabdian, pengorbanan, hidup dan kematiannya, adalah mencari ridho Allah SWT dan memasuki surga-Nya. Seorang Muslim ingin hidup dalam keadaan mulia (memiliki citra yang baik) dan meninggalpun juga dalam keadaan syahid (mengakhiri kehidupan dalam husnul khatimah). Berbeda dengan orang kafir di mana tujuan kehidupannya hanya untuk memenuhi syahwatul bathn (syahwat perut) dan syahwatul farj (syahwat kemaluan). Maka, ia mencari sesuatu yang membuat pemburunya kecewa.
 

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya (Orang-orang kafir, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas iman, tidaklah mendapatkan balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di dunia mereka mengira akan mendapatkan balasan atas amalan mereka itu.).” (QS. An Nur (24) : 39).
 
Jadi, program utama kehidupan orang yang jauh dari Allah SWT  hanya makan, minum dan kawin. Posisinya lebih rendah dari binatang. Sebab, manusia itu memiliki kelebihan dengan diberikannya akal dan kemampuan menjangkau metapisik (ghaib), tetapi melakukan perbuatan seperti makhluk yang tidak berakal
 
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka. (QS. Muhammad (47) : 12).
 
Efeknya, panca indranya mengalami disfungsi dalam berinteraksi dengan ayat-ayat-Nya
 
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf (7) : 179).
 
Kiat Jitu Meraih Ridho-Nya
 
Banyak orang memburu dunia, seolah-olah itu kehidupan paling kekal. Pagi bekerja sampe malam. Pulang hanya makan dan tidur, esoknya harus kembali bekerja. Bahkan ia jarang bertemu anak dan istri sendiri untuk sekedar bersapa atau ngobrol berlama-lama. Baginya, hidup hanya uang, uang dan uang.
 
Tak sedikit orangtua menginkan anak-anak mereka sebagaimana keinginan dia, sampai ia tak dimanusiakan lagi. Anak-anak mereka laksana robot dan mesin.
 
Pagi sekolah, sore sudah menunggu antri pelajaran les. Ada les Inggris, piano, lukis, sempoa dll. Bahkan hari libur pun, anak-anak mereka sudah menerima jadwal dari para orangtua mereka. Kehidupan anak-anak yang indah sudah hilang. Ia telah menjadi “robot” orangtuanya sendiri. Memang banyak kita saksikan anak-anak intelek dan cerdas hari ini. Tapi jarang kita temukan anak-anak yang “kecerdasan hati” dan “kelembutan budi”. Inilah yang kita saksikan hari ini.
 
Agar seorang Muslim tidak terjebak pada tujuan memburu kenikmatan sesaat, sebentar, sebagaimana yang diderita oleh kaum yang tidak beragama, tetapi menggunakan karunia-Nya secara maksimal untuk  mencapai kenikmatan yang bersifat permanen (akhirat), maka berikut adalah beberapa resepnya.
 
1. Selalu mendekat kepada-Nya dengan melakukan ibadah mahdhah secara istiqamah. Kecintaan itu akan diperoleh dengan diawali kedekatan, keeratan, keakraban hubungan. Witing trisno jalaran kulino (Bhs Jawa), (munculnya kecintaan itu karena sering bertatap muka)

“Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) KU dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah (2) : 185).

“Allah lebih berbahagia dengan taubat (kembalinya) hamba-Nya daripada seseorang di tempat sepi dan rawan bahaya dengan hewan kendaraan yang memuat makanan dan minumannya, kemudian ia tidur. Ketika ia bangun, hewan kendaraannya hilang. Ia pun mencarinya hingga ia kehausan. Ia berkata, Aku akan kembali ke tempatku semula, hingga aku mati. Kemudian ia letakkan kepalanya di atas lengannya untuk mati. Kemudian ia letakkan kepalanya di atas lengannya untuk mati. Ketika ia bangun, ternyata hewan kendaraannya ada di sisinya lengkap dengan makanan dan minumannya. Jadi Allah lebih berbahagia dengan taubat (kembalinya) hamba yang Mukmin daripada (kebahagiaan) orang tersebut dengan (kembalinya) hewan kendaraan dan bekalnya.” (Muttafaq Alaih)

Kecintaan itu diperoleh dari-Nya dengan menjalankan ibadah nawafil (tambahan, sunnah). Pengaruh dari ibadah tersebut, seakan-akan kegiatan kehidupan kita merupakan jelmaan dari kehendak-Nya. Sehingga mendatangkan barakah (tambahan kebaikan).

“Allah ‘azza wa jalla berfirman (dalam hadits qudsi) : Aku dalam sangkaan hamba-KU, dan Aku akan selalu bersamanya ketika ia mengingat-KU. Kemudian apabila ia ingat AKU dalam dirinya, AKU pun mengingatnya dalam diri-KU, dan jika ia ingat kepada-KU dalam satu kaum, maka AKU akan mengingatnya dalam kaum yang lebih banyak dari pada kaum itu. Jika ia mendekat kepada-KU sejengkal, AKU akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekat KU satu hasta, AKU akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-KU dengan berjalan kaki, aku akan datang kepadanya dengan lari-lari kecil.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 
2. Simpati, membela dan mencintai para kekasih-Nya. Merekalah yang keberadaannya ditolong, dilindungi dan dibela oleh-Nya

“Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah Saw bersabda : Bahwa Allah Swt berfirman : Barangsiapa memusuhi wali-KU, maka KU-izinkan ia diperangi. Tidaklah hamba-KU mendekatkan diri kepada-KU dengan suatu amal lebih KU-sukai daripada jika ia mengerjakan amal yang KU-wajibkan kepadanya. Hamba-KU selalu mendekatkan diri kepada-KU dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya, sebagai tangan yang ia memukul dengannya, sebagai kaki yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepada-KU pasti KU-beri dan jika ia minta perlindungan kepada- pasti KU-lindungi.” (HR. Imam Bukhari).


3. Mengikuti ajaran Rasulullah SAW (ittiba’) sebagai bukti kecintaan kepadanya

 
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran (3) : 31).


4. Berperang di jalan-Nya dengan shaf yang rapi

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash Shaff (61) : 4).

5. Selalu membaca al-Quran, menjaga lisan, memberi makan orang yang lapar, puasa di bulan Ramadhan.

“Surga merindukan kehadiran empat orang : Pembaca Al Quran, yang selalu menjaga mulut, memberi makan orang yang lapar, puasa di bulan Ramadhan.” (al Hadits).


6. Selalu berbuat baik


“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (QS. Ali Imran (3) : 133-135).

7. Mencintai orang lain karena Allah SWT

“Tidak sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai saudaranya melebihi dari kecintaannya kepada dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Suka menolong sesama

“Dari Abu Hurairah ra. Nabi SAW bersabda, Barangsiapa melepaskan seorang mukmin dari penderitaan-penderitaan dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya penderitaan-penderitaan hari kiamat, barangsiapa memudahkan urusan yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup aib seorang Muslim maka Allah akan menutup aibnya di akhirat. Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

 
9. Membela kaum tertindas

“Ketika Musa as miqat (bertemu Allah SWT untuk menerima wahyu) bertanya kepada Allah SWT, Ya  Allah, dimanakah aku mencari-MU. Allah SWT menjawab, carilah Aku di tengah-tengah orang yang hatinya terluka.” (al Hadits).
 

10. Ikhlas dalam beramal

“Barangsiapa yang meninggalkan dunia dalam keadaan ikhlas hanya kepada Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, ia wafat, sedangkan Allah Ridha kepadanya.” (HR. Ibnu Majah).

11.Suka memberi

“Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah SWT.” (al Hadits)

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.  Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup[*], Serta mendustakan pahala terbaik,  Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.”(QS. Al Lail (92) : 5-10)
 
Yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.

 

12. Menyadari kelemahan diri

“Orang yang menyesali diri dari dosa itu menunggu datangnya rahmat, sedangkan orang yang ujub itu menunggu kemurkaan-Nya.” (al Hadits)

13. Bertaubat dengan tulus ikhlas

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At Tahrim (66) : 8).

14. Melaksanakan hak-hak ukhuwwah paling rendah, yakni : salamatush shadri (hatinya selamat dari dengki, sombong, serakah dan dendam) dari sesama Muslim
 

15.  Memenuhi hak-hak ukhuwwah Islamiyah paling tinggi, yaitu al iitsar (mengutamakan orang lain lebih dari dirinya)

Semoga kita termasuk diantara orang yang bisa ‘hidup dalam keadaan mulia, dan mati dalam keadaan mulia[Kudus, November 2010/Hidayatullah.com]
 
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com tinggal di Kudus, Jawa Tengah

Serakah yang membawa BERKAH

Ada pula “serakah” yang dianjurkan. Di mana ketika seseorang memiliki  kerakusan mengerjakan kebajikan dan menuntut ilmu

Hidayatullah.com--Serakah adalah satu sifat buruk yang tak layak dimiliki oleh orang-orang beriman. Dengannya, seseorang akan berperilaku bengis, dzolim terhadap orang lain, lagi lebih mementingkan kepuasan diri sendiri, keluarga, ataupun para sekutu-sekutunya, ketimbang mempedulikan kemaslahatan umum.

Untuk memenuhi keserakahan mereka, tidak sedikit orang harus menempuh jalur ‘kiri’, dalam arti, yang penting tujuan tercapai, tak peduli dengan cara apapun jua, haram-halal dilabrak. Tidak bisa dengan cara damai, jalur paksa pun ditempuh. Buntu dengan negosiasi, cara tak manusiawi, pun terkadang dilakukan.

Ketika fenomena ini menjalar di tengah-tengah masyarakat, dan menjadi budaya praktek kehidupan mereka, maka bisa dipastikan tatanan hidup sosial tidak akan pernah berjalan harmonis. Yang kaya memeras yang miskin, yang kuat menindas yang lemah, yang pintar mengibuli yang bodoh, begitu seterusnya, dan begitu seterusnya.

Tidak hanya itu saja efek negatif yang bisa ditimbulkan oleh orang yang memiliki sifat serakah. Yang paling berbahaya, dia pun akan menantang/durhaka terhadap Allah SWT. Sebagai ‘cermin’, kita bisa beraca pada keserakahan yang dimiliki Fir’aun terhadap kekuasaan, kedudukan, dan kemegahan, yang telah menyebabkannya buta hati, sehingga tega mengdzolimi masyarakat jelata. Dan yang paling fenomenal, dia menetapkan satu keputusan yang sangat sepihak demi mempertahankan kedudukannya yang nyaman, yaitu; dengan membunuh setiap anak-anak laki-laki dari Bani Isroil, karena khawatir kalau di kemudian hari, mereka akan merebut kekuasaan yang berada di kendalinya.

Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika kami menyelamatkan kamu dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu.  Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan besar dari Tuhanmu”. (Q:S. 2:49).

Yang lebih celaka, raja yang konon memiliki nama asli Menephthan anak Ramses ini, pun berujar: “Aku lah Tuhanmu yang Maha Tinggi”, (Q:S.79:24), ketika dia diingatkan oleh Nabi Musa untuk kembali ke jalan yang benar, menyembah Allah semata.

Jejak buruk yang ditinggalkan Fir’aun tersebut, termaktub dalam beberapa surat dari al-Quran, yang tidak lain tujuannya, agar kita (khususnya kaum muslimin) mampu mengambil ‘mutiara’ yang tersirat dari bencana yang menimpa Fir’aun. Sayangnya, dalam praktek lapangan, tidak sedikit orang justru mengikuti gaya hidup raja bengis tersebut.

Sejalan demikian, Allah pun menegur manusia melalui firman-Nya: “Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (pada Allah).” (An-Naziat: 26)

Penghubung Kehancuran

Sejatinya, tidak ada kebahagian yang dimiliki oleh orang serakah. Mereka terus diliputi oleh kekurangan, serta senantiasa dihantui ketakutan atau kekhawatiran akan pudarnya kekuasaan. Boleh jadi, dari segi fisik (materi) yang nampak, mereka sepertinya diliputi kesenangan, dikelilingi kemewahan, dan disertai kedamaian, namun, bila ditilik lebih jauh lagi, sesungguhnya mereka senantiasa diliputi oleh kegalauan batin, dan kekeringan jiwa. Pertanyaannya, adakah kebahagiaan bagi orang yang hatinya setiap saat diliputi kecemasan? Bukankah kebahagiaan itu sendiri bermuara dari ketenangan hati? Bila hati tenang, nyaman, bukankah seluruh permasalahan akan terasa ringan? Adakah kebahagiaan lebih besar dari ketenangan jiwa (hati)?

“Sungguh beruntung orang yang telah mensucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang telah mengotorinya.” (Q:S.91: 9-10)

Dan untuk mereka yang jiwanya telah terjangkit keserakahan, maka tunggulah kehancuran. Karena, sejatinya atas perbuatannya tersebut, dia tengah mengaktifkan bom waktu, yang tiap saat  bisa saja meledak dan membinasakannya. Bagaimana tidak, orang yang serakah acap kali menimbulkan kedzoliman bagi orang lain. Dengan demikian, orang yang tersakiti tersebut, lambat laun menanti kesempatan untuk membalas dendam. Ketika waktu itu tiba, maka akan ditumpahkannyalah siksa batin yang selama ini dipendam.

Di lain pihak, Allah pun telah menjanjikan kehancuran hidup di dunia dan di akhirat bagi mereka yang berbuat serakah, dan semena-mena, semisal Fir’aun dan sejenisnya. Firman-Nya (lanjutan ayat di atas) “Maka Allah menghukumnya dengan adzab di akhirat dan siksaan di dunia.” (Q:S.79:25).

Singkatnya, orang yang serakah, cepat atau lambat, pasti akan musnah, dan siksa api neraka telah menanti kedatangannya. Na’udzubullah tsumma na’udzubillah min dzalik.    

Ini yang Dianjurkan!      

Sekalipun demikian, bukan berarti seluruh keserakahan akan menggiring pelakunya kepada kemusnahan atau kecelakaan. Justru, adakalanya, malah dengan memiliki keserakahan yang tinggi, orang tersebut akan menggapai kebahagiaan dan kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Oia..! kapan itu terjadi?

Hal tersebut akan terwujud, ketika seseorang memiliki keserakahan/kerakusan dalam mengerjakan kebajikan, salah satunya adalah menuntut ilmu. Dalam salah satu sabdanya, Rosulullah pernah menjelaskan, bahwa seseorang tidak akan pernah berhasil menuntut ilmu, kecuali dia memenuhi enam syarat, dan salah satunya adalah dia harus memiliki jiwa khirshun, yang bila kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti –salah satunya- rakus/serakah.

Ketika sifat ini benar-benar dimiliki oleh para penuntut ilmu, maka dia akan ‘gila-gilaan’ dalam ‘melahap’ seluruh sajian ilmu yang dihadapkan padanya. Dia tidak akan pernah puas. Ketika telah menguasai satu bidang ilmu, maka dia akan berusaha untuk mempelajari satu bidang yang lain, dan begitu seterusnya. Bagi mereka ilmu adalah segala-galanya. Motto,  “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”, benar-benar terpatri dalam lubuk hati mereka yang paling dalam, sehingga tidak mudah terkecoh dengan godaan-godaan di sekitarnya, efeknya, tidak ada waktu terbuang, kecuali digunakan untuk belajar, belajar, dan belajar.

Buah dari itu semua, orang tersebut akan menjadi orang yang ‘alim lagi faqih dalam segala hal, terutama masalah ilmu agama. Dengan demikian, dia akan berhati-hati dalam bertindak, sebab setiap langkah yang dia lakukan selalu berbarometerkan ilmu. Ingat, salah satu sifat ilmu adalah menjaga si-empunya (dari keburukkan), sebagaimana yang diutarakan oleh Syaidina ‘Ali Karamullahu Wajhah, bahwa salah satu di antara yang membedakan ilmu dengan harta adalah jika ilmu itu menjaga pemiliknya, sedangkan harta itu harus dijaga .

Ketika ilmu itu menjelaskan sesuatu yang haram –misalnya-, maka ia akan menjauhi perkara tersebut, sekalipun sangat menggiurkan hasratnya. Begitu pun sebaliknya, ketika ilmu mengatakan bahwal hal tersebut halal, dia pun akan mengikuti titahnya, sekalipun kebanyakan orang mencemoohnya.

Walhasil, orang tersebut akan merengguh kemulyaan dengan sendirinya, karena seluruh lini kehidupannya bersandarkan pada ilmu. Rosulullah pernah bersabda, “Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia, maka hendaknyalah dia meraihnya dengan ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan kebahagian di akhirat, maka gapailah ia dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki kedua-duanya, maka rengguhlah pula ia dengan ilmu.” (Al-Hadits).

Pada tatanan inilah serakah akan berbuah keberkahan. Karena itu, mari kita memposisikan serakah pada posisi yang mampu mengundang keberkahan bagi diri kita masing-masing, bukan sebaliknya, justru mendatangkan malapetaka kehancuran hidup, di dunia dan di akhirat. Berkah (barakah) sendiri –menurut pendapat para ulama- adalah ‘ziadatul khoir’ (tambahnya kebaikkan). Semoga kita termasuk di dalamnya. Wallahu ‘alam bis-shawab. [Robin Sah/hidayatullah.com]

Lucu Ya!!!!

 
 
Lucu ya,
uang Rp 20.000,-an kelihatan begitu besar
bila dibawa ke kotak amal mesjid,
tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket
 
Lucu ya,
45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir,
tapi betapa pendeknya waktu itu
untuk pertandingan sepakbola

Lucu ya,
betapa lamanya 2 jam berada di Masjid,
tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop
 
Lucu ya,
susah merangkai kata
untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat,
tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman

Lucu ya,
betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan bola favorit kita,
tapi betapa bosannya bila imam
sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Lucu ya,
susah banget baca Al-Quran 1 juz saja,
tapi novel best-seller 100 halamanpun habis dilalap
 
Lucu ya,
orang-orang pada berebut paling
depan untuk nonton bola atau konser tapi berebut cari shaf paling
belakang bila Jum`atan agar bisa cepat keluar
 
Lucu ya,
susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah,
tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip
 
Lucu ya,
kita begitu percaya pada yang dikatakan koran,
tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Qur'an

Lucu ya,
semua orang inginnya masuk surga
tanpa harus beriman, berpikir,
berbicara ataupun melakukan apa-apa

Lucu ya,
kita bisa ngirim ribuan jokes lewat FB,
tapi bila ngirim yang berkaitan
dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali

Seseorang dapat dikatakan dia telah berfikir secara dewasa
apabila dia dapat mentertawakan dirinya sendiri.
Sudah dewasakah kita ?

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa
sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
(QS. 33:47)

Mau Tampan atau Cantik

1.Agar wajah selalu segar, berseri-seri dan cantik, cucilah minimal 5 kali sehari dengan air wudhu. Jangan langsung dikeringkan, biarkan menitis dan kering sendiri. Lalu ambillah sajadah, shalat, berdzikir, dan berdo’a
2.Untuk menghilangkan stress, perbanyaklah ‘olahraga’. Cukup dengan memperbanyakkan sholat. Ketika solat, kita mengerakkan seluruh tubuh. Lalu berkonsultasilah pada Allah SWT dengan dzikir dan do’a.
3.Untuk pelembab, agar awet muda, gunakanlah senyuman. Tidak hanya di bibir tapi juga di hati. Jangan lupa bisikkan ‘kata kunci’, “Allahuma Kamma Hassanta Khalqii Fahassin Khuluqii” (Ya Allah sebagaimana engkau telah memperindah kejadianku, maka perindah pula akhlaqku). (HR Ahmad).
4.Untuk punya bibir cantik, bisikkan kalimat-kalimat Allah, tidak berbohong atau menyakiti hati orang lain, tidak menyombongkan diri atau takabur.
5.Agar tubuh langsing, mulus, diet yang teratur dengan berpuasa seminggu 2 kali, Senin dan Kamis. Jika kuat, lebih bagus lagi puasa Nabi Daud AS selang satu hari. Makanlah makanan halal, perbanyak sayuran, buah-buahan dan air putih.
6.Untuk mengembangkan diri, sebarkan salam dan sapaan. Dengan demikian kita akan banyak dikenal dan disayangi.

Minggu, 28 November 2010

Cara Menemukan FaceBooker Sedunia

Pernah Kepikir Ga Bagaimana cara menemukan semua Member Facebook seantero dunia?, atau barang kali ingin mencari semua Group yang ada di FB, dan cara nya bukan lewat Pencarian di Facebook.
Kalau kita menggunakan pencarian orang lewat pencarian FB tentunya sobat tidak akan menemukan semuanya, Paling yang akan kita temukan sesuai dengan nama yang kita cari.dan butuh waktu bulanan untuk mencari semua.
Oke Jika sobat Facebooker Penasaran saya akan tunjukkan caranya dan hanya sekali Klik.
Kita akan menggunakan Pencarian ini langsung dari directory Facebook
Silahkan Langsung menuju Link ini : http://www.facebook.com/directory/people
Bagaimana?
Seru Bukan?... Silahkan nikmati Pencarian Sobat.
Semoga Bermanfaat...eittt Jangan Lupa Comment ya

Cara Cepat Buka Folder

Kotak dialog RUN di windows digunakan untuk menjalankan perintah windows, seperti membuka modul Control Panel, dan sistem
tool seperti Disk Defragmenter, Device Manager, Group Policy Editor dll. Mungkin sebagian masih belum tahu fungsi perintah berikut, dimana kita bisa membuka My computer secara cepat dgn hanya mengetikkan beberapa hurup. Berikut Tips nya:
1. Membuka Direktori Home
Direktori Home berada di C:\Documents and Settings\Namauser di Windows XP dan C:\Users\Namauser di Windows Vista dan Windows 7. Cara cepat untuk membuka direktori ini ialah dengan mengetikkan tanda “.” ( titik tanpa tanda kutip) dikotak dialog RUN. atau tekan tombol keyboard (Win+R). lalu tekan tombol Enter. Coba deh 

2. Membuka Direktori User
Caranya untuk membuka Direktori User yang berada di C::\Documents and Settings di Windows XP dan C:\Users in Windows Vista dan 7. Ketikkan dua titik di kotak RUN lalu tekan Enter.

3. Membuka My Computer
Buka My Computer dengan cara yg singkat, ketikkan tiga titik di kotak RUN seperti ini:

4. Buka Sistem Drive
Cara membuka Sistem Drive kita. Sistem drive kita biasanya terletak di drive C: , nah cara mudah agar langsung  membuka drive C:, ketikkan tanda garis miring kebalik  “\” di kotak RUN:

Aku Jatuh Cinta


Cinta... Siapa tak mengenal kata ini? Sebagai manusia normal kita pernah merasakan jatuh cinta (kepada lawan jenis). Hanya kadarnya yang berbeda. Ada yang terus memupuk rasa itu, ada juga yang sudah paham tentang makna cinta hingga ia berusaha untuk tetap mengendalikan rasa yang berkuasa, meski nafsu merongrong (Jatuh cinta sebelum menikah).
Aku jatuh cinta. Cinta pada keMahaSempurnaan-NYA. Betapa ingin selalu berada didekatNya...

Aku pernah jatuh cinta pada masa 'jahil'ku. Betapa ingin selalu diperhatikannya, betapa GeEr ketika pandangannya terarah pada sosokku. Betapa ingin dia membalas cintaku yang melangit.

Dan kini... Aku belajar dari rasa itu. Rasa yang dulu pernah singgah. Rasa selalu ingin bertemu dengan orang yang kucinta.

Dia hanya makhluk lemah, manusia sepertiku. Hanya saja dia laki-laki, dan aku mengaguminya bukan karena keshalihan tapi lebih karena penampilan dan rupa.

Aku jatuh cinta. Karena aku mencoba untuk terus mengenal-NYA. Karena aku mencoba agar Dia mengenalku. Dzat yang Maha Sempurna. Dzat yang Maha Besar.

Aku mencintai-Nya, tapi seringkali menunda pertemuan dengan-Nya.
Aku mencintai-Nya, tapi seringkali ingkar terhadap janji yang telah terikrar.
Aku mencintai-Nya, tapi seringkali berbuat sesuatu yang tak disukai-Nya.
Aku mencintai-Nya, tapi seringkali tak melakukan sesuatu yang dapat mendekatkanku.
Aku mencintai-Nya, tapi belum sanggup merasakan cinta itu.
Meski kusadari cinta-Nya jauh melebihi makna kata cinta itu sendiri.

Rabb, aku mencintai-Mu... Jadikanlah aku seperti orang-orang yang menempatkan cintanya pada-Mu ditempat tertinggi, diruang yang tak terjamah ego.

Rabb, cintailah aku... Seperti Engkau mencintai orang-orang yang Engkau Ridhai dan Engkau beri nikmat kepada mereka.

Aku merindukan-Mu, dan aku ingi selalu bersua dalam tiap hening malamku. Jangan biarkan aku terpenjara dalam dinginnya malam. Jangan biarkan aku terbui dalam hangatnya selimut. Jangan biarkan aku terlena oleh tumpukan aktivitas.

Aku mencintai-Mu. Biarkan aku selalu menemui-Mu dalam tiap desah nafasku. Aku tak kuasa mendekap rindu ini... (mala)
 
Thx to: icmataram.tk

Selasa, 09 November 2010

Kiat Menjaga “Episode” Kehidupan


Dalam “episode” sakit, tingkatkanlah kesabaran sebab bisa jadi itu adalah lahan penggugur dosa

SETIAP orang pasti mendambakan ketenangan hidup secara batin maupun lahir. Sebab jika hati tenang dan fisik sehat, akan merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai macam aktivitas baik duniawi maupun ukhrowi. Ketenangan, terutama batin merupakan sesuatu yang penting dan sangat berarti.

Sebenarnya, Allah SWT telah memberi resep kepada hamba-hambanya bagaimana mendapatkan ketenangan hati, yaitu dengan dzikir. Sebagaimana firman-Nya, "Ingatlah dengan dzikir mengingati Allah, hati akan tenteram." (QS Ar Ra’d: 28).

Dengan selalu mengingat Allah, hati akan tenteram. Sebaliknya, jika  jarang ingat Allah, hati  akan kering dan gersang.

Orang-orang yang tertambat hatinya kepada Allah, selalu menghubungkan segala aktifitasnya dengan Dzat Pencipta alam semesta ini. Semakin banyak mengingat Allah, maka kadar keimanannya akan semakin bertambah. la tidak akan takut diancam oleh apa dan siapa pun makhluk yang ada di dunia ini. la hanya merasa takut akan ancaman dan murka Allah.

Orang yang telah mencapai derajat ini tidak pernah merasa waswas dalam bertindak. Tiap-tiap sesuatu yang dia hadapi dijadikan sebagai ladang amal. Ia senang berbuat baik dan sedih jika jatuh pada perbuatan yang merugikan orang lain. la akan merasa bahagia jika bisa berbagi rezeki dengan orang lain, Tidak ada ketakutan dalam dirinya jika sesuatu menimpanya.

Ia yakin bahwa segala sesuatunya tekah diatur oleh Allah. Dalam Al Quran surat Al Hadiid ayat 22-23, Allah SWT berfirman,Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri meiainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita’terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
 
Secara sederhana, ayat di atas menyiratkan bahwa sesungguhnya apa pun yang terjadi di dalam dunia dan kehidupan setiap manusia sesungguhnya telah Allah tentukan. Dengan demikian, tidak perlu terlalu bersedih ketika ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, tidak boleh terlalu gembira melampaui batas ketika memperoleh kesenangan.

Berihtiar

Setiap orang tentu ingin hidupnya sukses dan semua usahanya tercapai. Namun jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, kita harus yakin bahwa itulah takdir terbaik dari Allah. Sepanjang kita sudah berusaha meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar, tentu apa pun yang kita peroleh tidak akan sia-sia.

Bukankah tidak sedikit orang yang ikhtiarnya sangat luar biasa namun belum juga memperoleh keberhasilan? Tugas kita hanya dua, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar.

Betapapun luar biasanya kecintaan seseorang terhadap dunia, sadarilah bahwa semua itu fana belaka. Kita tidak akan hidup selamanya, ada kampung akhirat yang senantiasa menanti. Karena itu, sudah sewajarnya bila setiap episode kehidupan kita jalani dengan penuh rasa syukur.

Episode mempunyai kekayaan, jalani dengan ahli sedekah. Episode tidak memiliki harta kekayaan, jagalah diri kita dengan terus bekerja sebaik-baiknya dan tidak meminta-minta belas kasih orang lain. Saat datang episode dipuji, kita berusaha sekuat tenaga agar senantiasa rendah hati.

Episode dihina, bersyukur karena itu mungkin pertolongan Allah agar kita mau mengevaluasi diri. Episode sehat, perbanyaklah ibadah. Episode sakit, tingkatkan kesabaran sebab bisa jadi itu adalah lahan penggugur dosa.

Kita harus senantiasa ber-husnudzhan terhadap ketentuan-ketentuan Allah yang menimpa diri kita, Jika kita merasa banyak berbuat kekhilafan dan dosa, yakinlah bahwa ampunan Allah lebih besar  daripada dosa-dosa yang kita perbuat.

Kita harus optimis bahwa Allah akan mengampuni kita. Dan tentu saja, juga harus optimis bahwa kita mampu memperbaiki diri. Sikap optimis inilah merupakan etika kita kepada Allah. Sebab ketika diuji oleh Allah dengan aneka kesulitan dimaksudkan supaya kita berpegang teguh kepada pertolongan-Nya.

Strategi berikutnya, kita harus selalu berlatih mengenal diri sendiri. Sebab jika seseorang ingin baik, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui sesuatu yang ingin dia rubah menjadi baik. Pengetahuannya bisa ia dapatkan dari perenungan, dan jawaban dari orang yang kita tanyai tentang diri kita.

Latihan kedua adalah upaya untuk memperbaiki. Setelah kita tahu kondisi kita, maka kita usahakan untuk meminimalisasi bahkan menghilangkan kekurangan yang kita miliki. Bila perlu, kita tulis dalam daftar semua keburukan yang kita miliki dan rumuskan formula-formula untuk memperbaikinya.

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim : 7).

Rasulullah saw bersabda: “Orang dermawan, dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan dekat dengan syurga, sedangkan orang bakhil (pelit), jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan Neraka. Sungguh Allah SWT lebih mencintai hambanya yang bodoh tapi dermawan, dibandingkan dengan ahli ibadah (pandai) tapi pelit (bakhil). ” (Al Hadits-Riwayat Abu Hurairah).

Begitulah Allah SWT dan Rasul-Nya mengajarkan kita. Islam telah memberi rumusan yang jelas bagaimana seharusnya kita hidup ini. Kalau hidup kita ingin selamat tentu harus mengikuti apa yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Semua rumusan itu telah terbukukan dengan baik dalam al-Qur'an dan Sunnah. 

Rasulullah SAW bersabda: “Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, Kalian tidak akan tersesat bila kalian berpegang teguh kepadanya yakni: Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnahku (Hadits).“ (HR Muslim). [Maskur Ismail/hidayatullah.com]

Rabu, 03 November 2010

Paradigma Dakwah Kampus “Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan ada goal dan resikonya. Jalani hidupmu dan hadapi resikonya”.


Dakwah adalah salah satu pilihan hidup. Setiap orang dapat memilih untuk hidup bersamanya atau dibersamainya atau bahkan jauh darinya.
Konsekuensi dari seseorang memilih jalan dakwah sudah barang tentu Allah akan memberikan syurga yang nikmatnya tiada terkira, selama apa yang dia lakukan berawal dengan niat yang baik, dengan cara yang baik pula ia lakukan. Karena dakwah itu agung, pekerjaan yang mulia. Ia adalah jalan hidup yang dipilih oleh kekasih Allah, para Rasul dan para sahabat. Akan tetapi dalam track perjalanannya, tentunya tidak semulus yang dibayangkan.
Dakwah itu panjang, dakwah itu berliku dan penuh dengan onak duri. Kadang seseorang mendapat kesenangan didalamnya, tapi sering kali mendapatkan kepahitan bersamanya. Kenapa dakwah itu pahit, karena syurga itu manis. Ya.. Itulah pilihan hidup. Jalani hidupmu dan hadapi resikonya. Semua ada goalnya masing-masing kawan, dan dakwah akan bermuara kepada syurga bagi para penggiatnya.
Dakwah kampus adalah salah satu bagian dari serentetan dakwah yang ada di bumi illahi. Disana ada sifat dan karakter yang khas, dinamika kehidupan kampus pun yang turut mewarnainya.
Dalam dakwah kampus diperlukan sepak terjang yang integralistik, dari segala lini yang ada agar dakwah itu sendiri semakin menyebar luas menggapai pojok-pojok kehidupan kampus. Sehingga perlu adanya kerja penggarapan yang meluas pula, meliputi : kerja dakwah, kerja politik, kerja ilmu/akademis, kerja kemasyarakatan, kerja ekonomi, kerja media opini, kerja pelayanan dan kerja organisasi.
Kesemuanya saling menopang dan menguatkan demi satu tujuan, yakni dakwah itu sendiri. Setiap kader mestilah memahami bahwa dakwah itu integralistik, ada pembagian dan fokusan kerja masing-masing, bukan berjalan secara parsial.
Aktifis dakwah kampus harus melakukan harmonisasi sebagai upaya mengoptimalkan potensi masing-masing lini dakwah dan mengefektifkan sinergi antar lembaga. Harmonisasi mencakup pembagian atau kerjasama peran, bidang garap, isu, objek dakwah dan hal-hal lain sehingga tercegah akan terjadinya tumpang tindih, kesenjangan apalagi saling memperlemah antar elemen dakwah kampus.
Menilik perkembangan dakwah kampus yang ada sekarang ini semakin pesat, maka diperlukan adanya managemen yang baik untuk mengelolanya. Saat ini dakwah kampus sedang mencari format gerakan yang “link and match” guna menjawab permasalahan dakwah kampus yang aktual di lapangan. Ini adalah suatu keniscayaan, suatu proses pencapaian pendewasaan gerak dan aktualisasi diri.
Kenyataan yang terjadi, dakwah kampus dewasa ini tampak seolah-olah besar, padahal dibalik kebesarannya terpendam tiga permasalahan yang cukup mendasar, yaitu : permasalahan kader (SDM) struktur serta kultur budaya. Diantara ketiganya memiliki keterikatan yang sungguh erat. SDM sebagai subjek dan juga objek dakwah akan membentuk struktur.
Selanjutnya dari struktur tersebut yang ada akan membentuk kultur. Jadi jika terjadi permasalahan pada SDM maka muaranya adalah terbentuknya kultur yang tidak nyaman serta tidak produktif baik secara internal maupun eksternal.
Dalam proses dakwah, salah satu perangkat yang vital adalah kader dakwah itu sendiri karena merekalah yang akan aktif menyerukan kalimat-kalimat Illhi. Dalam dakwah kampus, kebanyakan sumber permasalahan berasal dari kondisi kader baik itu secara kuantitas maupun kualitas. Oleh karenanya diperlukan adanya solusi atas permasalahan tersebut. Yakni pendataan dan penyiapan infrastruktur kaderisasi, massifikasi rekrutmen, ri’ayah (penjagaan) dan tarqiyah kader (peningkatan kafa’ah), penataan dan pengkaryaan kader, kontrol dan monitoring serta evaluasi secara periodik.
Dakwah kampus sekarang sudah semestinya memiliki sistim berpikir yang lebih strategis, fokus terhadap bidang garap yang telah ditetapkan diawal. Sehingga bidang garap tidak melebar kemana-mana tanpa ada fokusan yang hendak dicapai, hingga pada akhirnya tak ada satupun yang bisa diraih secara utuh.
Dengan berpikir strategis dan fokus maka dakwah kampus akan mencapai kata efektif dan efisien. Efektif berarti tepat guna, efisien berarti hemat daya. Dua kata yang sangat mungkin untuk diterapkan. Efektif disini lebih prioritas dari pada efisien, karena bagaimanapun juga tepat guna itu lebih urgen dari pada hanya sekedar hemat daya tetapi apa yang dilakukan jauh dari tujuan awal.
Lagi-lagi hal yang sangat menentukan sukses tidaknya dakwah adalah tahap perencanaan. Sehingga kerja dakwah tidak bersifat reaksioner belaka. Ibarat pemadam kebakaran yang akan bekerja ketika ada kebakatan saja. Secara garis besar terdapat empat langkah dasar perencanaan, yaitu : tahap analisis, menentukan tujuan dan strategi, menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan dan yang terakhir adalah melakukan proses control dan monitoring.
Banyak pernyataan tokoh yang mendukung betapa pentingnya perencanaan. Seperti “Jika engkau galal merencanakan maka sejatinya engkau merencanakan kegagalan”, “kebaikan yang tidak teroganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir” juga “jika kau naik panggung tanpa persiapan maka kau akan turun panggung tanpa penghormatan”. Akhirnya, perencanaan yang baik dengan sistem kontrol dan monitoring yang baik pula akan membawa kepada efektifitas dan efisiensi dalam gerak.(eramuslim.red)

Kepala Intelijen Mesir Ke Israel



Menurutnya, ada potensi aksi kekerasan sebagai dampak buntunya perundingan dengan Palestina

Hidayatullah.com--Kepala Intelijen Mesir Omer Suleiman rencananya tiba hari Kamis ini (4/11) di Israel guna memecah kebuntuan perundingan antara Palestina dan Israel, demikian laporan beragai media sebagaimana dilansir Maan.

Suleiman akan bertemu dengan PM Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak.

Suleiman dikabarkan akan menyampaikan kepada para pejabat Israel mengenai kerusuhan atau aksi kekerasan yang mungkin terjadi sebagai dampak dari terhentinya perundingan dengan Palestina. Rencana kedatangan Suleiman pertama kali dikabarkan oleh Media Israel pada hari Senin lalu.

Pekan kemarin Suleiman mengunjungi Ramallah bersama dengan Menlu Mesir Ahmed Aboul Gheit. Mereka bertemu para pemimpin Palestina dan membahas pembaruan kembali dialog antara Hamas dan Fatah.

Sumber-sumber Palestina mengatakan kepada media Israel Ynet bahwa Mesir mendukung prinsip Ototrita Palestina yang bersikukuh tidak akan melanjutkan perundingan selama Israel tidak menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi.

Hari Senin, pemimpin perunding PLO Saeb Erekat kepada Maan mengatakan bahwa Mesir sedang berupaya meminta PBB untuk mengakui negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza, sebagai upaya mencairkan kebuntuan yang ada.[di/maan/hidayatullah.com]

Selasa, 02 November 2010

Sederhana, Pilihan Hidup Mulia

Pola hidup sederhana seakan menjadi barang langkah yang hanya ada dalam cerita atau dongeng di pojok-pojok surau  

oleh: Ali Akbar bin Aqil*

Pada suatu sore, ketika Rasulullah SAW selesai menunaikan shalat Ashar bersama para sahabatnya, ada peristiwa aneh. Yaitu setelah rampung shalat, tiba-tiba Rasulullah bangkit dengan tergesa-gesa meninggalkan jamaah menuju rumahnya dan kembali lagi dengan membawa makanan lalu dibagi-bagikan kepada para jamaahnya yang ada.

Kemudian sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, ada apa gerangan tiba-tiba anda beranjak dari jamaah lalu kembali membagi-bagikan makanan?.” Apa jawab sang baginda?, “Aku tidak ingin apabila matahari tenggelam sementara di rumahku masih ada sisa makanan.” (HR. Bukhari)

Rasululah adalah manusia yang paling zuhud yang terpancar dalam potret hidupnya yang sederhana dan penuh kebersahajaan. Ilustrasi di atas cukup menjadi acuan akan kesederhanannya. Beliau tidak pernah menyisakan atau menyimpan makanan di rumahnya.

Pola hidup sederhana yang beliau jalani bukan karena kepapaannya. Tidak! Tetapi beliau memilih demikian sebagai teladan ideal bagi umatnya agar dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia tidak menjadikan harta sebagai tujuan utama.

Tersebutlah suatu riwayat yang menyatkan bahwa jika beliau berkenan, Allah menawarkan batu-batuan di kota Makkah menjadi taburan emas sebagai pembendaharaan baginda. Namun apa yang terjadi berikutnya? Beliau justru menjawab dengan rendah hati, “Tidak, wahai Tuhan. Tapi (biarkan) aku lapar sehari dankenyang sehari. Jika aku sedang kenyang, maka aku akan memuji-Mu, dan di saat lapar aku akan bersimpuh dan berdoa kepamau.”[ Muhammad Alwi Al Maliki, Muhammad al Insan Al Kamil, (Jeddah: Daar Asy Syuruq, 1411), cet. IV. hal. 156.]

Yang menarik adalah bahwa Rasulullah seorang pemimpin. Dengan posisi dan kedudukannya yang strategis itu, sebenarnya beliau mampu untuk memiliki fasilitas-fasilitas yang dimauinya. Terlebih kedudukan yang “wah” berpotensi menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Tetapi semua itu tidak beliau lakukan dan lebih memprioritaskan pola hidup sederhana. Inilah sebenarnya sosok seorang pemimpin yang menjadi patron umat.

Hidup Gaul atau Hidup Sederhana?

Ada yang menarik di seputar lingkungan kita terkait tema kesederhanaan. Yakni pola hidup sederhana seakan menjadi barang langkah yang hanya ada dalam cerita atau dongeng di pojok-pojok surau atau jerambah masjid (baca: Asatirul Awwalin).

Term kesederhanaan kerap dipersepsikan sebagai kemiskinan dan ketidak-gaulan. Karenanya tren kesederhanaan, seolah sudah tidak relevan untuk diperbincangkan apalagi dijadikan amaliyah di era moderen.

Di sisi lain, seiring dengan semakin tenggelamnya nilai-nilai kesederhanaan yang disertai pudarnya ajaran cinta kasih kepada sesama, maka bermunculan tren baru, yaitu pola hidup hedonis, glamour, elit, keren abis, gaul, yang semuanya muncul akibat ketamakan. Hal ini terjadi mulai dari lapisan masyarakat yang kebetulan “kaya” sampai yang terpaksa “miskin”.

Untuk lapisan pertama, pola hidup glamour dan hedon (mewah) masih memilki ruang dan daya tawar. Sebab mereka mempunyai sarana dan segudang fasilitas harta yang dimilikinya, kendati semua itu bukan sesuatu yang laik dan terpuji.

Namun, untuk lapisan berikutnya, yang terpaksa “miskin”, mereka dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan pertama, jika tetap dengan penampilan “miskin”, takut disebut kurang  gaul. Pilihan kedua, kalau mau gaul modalnya apa? Baik pilihan pertama atau kedua sama-sama mengerikan jika orang tersebut tidak mendapatkan hidayah Allah. Karena mereka akan terseret oleh arus yang menjerumuskannya pada perbuatan nista demi meraih identitas semu yaitu  seperti “orang kaya”.

Lebih dari itu, di kalangan kaum terpelajar –tak terkecuali kaum santri- juga sudah menjamur pola hidup yang sering diistilahkan “gaul abis”. Para pelajar yang sebagian besar masih disubsidi oleh orangtua tersebut juga terjangkit virus kronis ini. Mereka bangga bila mampu menunjukkan atribut atau aksesoris “gaul”.

Ironisnya, kebanggaan itu tidak dibarengi dengan perilaku yang mencerminkan rasa syukur atas segala yang telah dimilikinya. Bahkan, kerapkali dijadikan jembatan untuk berbuat kufur dan maksiat kepada Allah yang Maha Pemberi!

Jika demikian, maka sadarilah bahwa kita telah terjebak dalam tipuan dunia yang menyebabkan kita tidak terhormat dunia-akhirat. Betapa tidak, di satu sisi kita mengkufuri nikmat Allah yang telah kita terima. Di sisi lain, kita telah mengkhianati amanah orangtua atau siapa saja yang telah mensubsidi kita dengan penuh husnudzan.

Secara tidak sadar kita telah melukai perasaan orang-orang di sekitar kita yang terpaksa “miskin” dan tidak pernah merasakan nikmatnya aksesoris atau atribut “gaul”, padahal mereka juga mempunyai selera sama.

Untuk itulah, solusinya adalah mari membiasakan diri hidup sederhana. Qona`ah bisa menjadi hal solutif. Qona`ah ialah sifat menerima apa adanya. Ia merupakan harta yang tidak pernah sirna.

Imam Al Ghazali memberi kiat-kiat agar kita memiliki sifat qona`ah,

Pertama, kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Di dalam hadits disebutkan, “Pengaturan adalah separo dari penghidupan.”

Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia tidak bergelut dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder.

Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung di dalam sifat qona`ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan dan ketamakan.

Maka dengan cara ini, lanjut Al Ghazali, insya Allah ia akan bebas dari ketamakan.[ Al Ghazali, Mutiara Ihya `Ulumuddin, (terj.) Irwan Kurniawan, (Bandung: Mizan, 2003), cet. XV, hlm. 265.]

Ingatlah, semua adalah titipan Allah, bukan milik manusia hakiki. Dan semuanya akan kembali pada-Nya yang tentunya dengan LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban)-nya masing-masing.

Sebagai penutup, cukuplah sebuah riwayat bahwa Rasulullah senantisa tidur di atas tikar, sehingga tampak membekas di pipi sang baginda yang mulia.

Apabila “Insan Kamil” itu yang kemuliannya meliputi alam semesta hanya memilih untuk menikmati hidupnya dengan penuh kesederhanaan, lalu siapakah kita, jika dibanding Rasulullah?[hidayatullah.com]

Penulis adalah Pengajar di Ponpes. Darut Tauhid, Malang. Email: al_akbar84@yahoo.co.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it . Dimuat www.hidayatullah.com

Enam Taubatnya Anggota Tubuh


oleh: Ali Akbar bin Agil*

MENJAGA hati merupakan pekerjaan berat. Butuh kesungguhan dalam menghadapi godaan yang datang secara bertubi-tubi yang terkadang membuat kita terkapar menyerah dengan keadaan yang ada. Padahal, hati laksana mahkota dalam jiwa.

Hati, sebagaimana diungkap oleh Syaikh Abdullah bin Alwi Al-Haddad, adalah raja seluruh angota tubuh. Hati merupakan sumber akidah, akhlaq, niat yang tercela maupun terpuji. “Seseorang tidak akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali sanggup menyucikan hatinya dari keburukan dan kehinaan serta menghiasinya dengan kebaikan dan keutamaan,” tulisnya.

Di sinilah, sekali lagi, pentingnya menata hati. Dalam diri kita, seperti menirukan sabda Nabi Muhamad SAW, “Ada segumpal daging. Jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).

Supaya tidak terjerumus dalam kubangan maksiat yang membuahkan penyesalan tiada terperihkan, ada baiknya kita melakukan langkah-langkah berikut ini.

Pertama, jangan memulai berbuat maksiat. Proses terjadinya maksiat diceritakan secara detail oleh Ibnu Qayyim. Katanya, “Lawanlah lintasan itu! Jika dibiarkan, ia akan menjadi fikrah (gagasan). Lawanlah fikrah itu! Jika tidak, ia akan menjadi syahwat. Perangilah syahwat itu! Jika tidak, ia akan menjadi `azimah (hasrat). Apabila ini juga tidak dilawan, ia akan berubah menjadi perbuatan. Dan jika perbuatan itu tidak Anda temukan lawannya maka ia akan menjadi kebiasaan, dan setelah itu suit bagimu meninggalkannya.”

Sekecil apapun peluang maksiat, tutup segera. Membuka hati untuk maksiat sama saja mempersilakan diri kita dijarah oleh setan dan dosa. Sebuah maksiat akan melahirkan maksiat berikutnya. Demikian seterusnya, lambat laun ia menjadi sebuah tren dalam denyut kehidupan seseorang. Sehingga membutuhkan energi yang luar biasa untuk menghentikan luapan maksiat tersebut.

Kedua, menjernihkan hati. Hati yang jernih membuat kita lebih sensitif terhadap maksiat. Menjernihkan hati diawali dengan zuhud. Hidup zuhud bukan berarti lari dari dunia, menjauhi manusia. Tapi menjalani pola hidup dengan kebersahajaan, kesejajaran, tidak berlebihan, proposional, dan sesuai kebutuhan bukan yang selaras keinginan.

Ibrahim bin Adham ditanya oleh seseorang, “Bagaimana engkau mendapatkan zuhud?” Ibrahim menjawab, “Dengan tiga perkara: (1) Saya melihat keadaan kubur yang mengerikan sedang belum kudapati pelipur (2) Saya melihat sebuah jalan yang panjang sementara belum kumiliki bekal (3) Dan saya melihat Allah yang Maha Perkasa mengadili, padahal saya belum memiliki hujjah (argumentasi).”
Kejernihan hati menjadi sumber ketenteraman hidup. Tidak gusar dan gelisah atas apa yang tidak ada serta selalu bersyukur dengan apa yang ada. Sebaliknya, kegersangan hati sebagai akibat ketidakmampuan mengendalikan diri, membuat gerakan dan nafas tersenggal-senggal, terseok-seok tak tentu arah.

Ketiga
, bertaubat. Tidak ada manusia suci selain para Nabi dan Rasul. Jika suatu saat kita melakukan maksiat baik disengaja ataupun tidak, solusinya adalah dengan bertaubat, memohon ampun kepada Allah. Inilah cara ketiga.

Taubat dari segala tindak tanduk maksiat, mulai anggota tubuh hingga ke dalam hati. Dzun Nun Al-Misri menjelaskan cara taubat secara menyeluruh. Ia berkata, “Setiap anggota tubuh manusia ada ‘jatah’ taubatnya:  (1) Taubatnya hati dengan berniat meninggalkan hal-hal yang dilarang (2) Taubatnya mata dengan menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram (3) Taubatnya kedua tangan dengan meninggalkan penggunaan sesuatu yang bukan haknya (4) Taubatnya kedua kaki dengan meninggalkan usaha berjalan ke tempat-tempat yang membuat lalai kepada Allah (5) Taubatnya pendengaran dengan tidak menyimak kebatilan (6) Taubatnya kemaluan dengan berhenti berbuat keji.”

Tiga cara tersebut merupakan upaya mengorganisasikan kembali hatiku, hatimu, dan hati kita yang centang-perenang. Semoga.

Penulis adalah Pengajar di Ponpes. Darut Tauhid, Malang. Email: al_akbar84@yahoo.co.id

Bentuk Pasir Setelah diPerbesar 110X

Pasir adalah sebuah bentuk seni itu sendiri. pasir tampaknya seperti segerombolan batu kecil berwarna coklat, mungkin dibumbui dengan hancuran kulit kerang. Tapi pasir memiliki cerita jauh lebih menarik untuk diceritakan.

Terdiri dari sisa-sisa ledakan gunung berapi, mengikis pegunungan, organisme mati, dan bahkan struktur buatan, pasir dapat mengungkap sejarah-baik biologi dan geologi-lingkungan lokal. Seorang ilmuwan Gary Greenberg meneliti pasir lebih dalam, ternyata pasir dapat mengungkapkan warna yg spektakuler dari segi bentuk maupun tekturnya.

Berikut ini photo2 pasir dalam bentuk 3D oleh Greenberg dgn menggunakan Mikroskop Edge 3D (pembesaran 110x), kumpulan butiran pasir dari belahan dunia
















Awas Demam Riya!

Riya’ merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari demam berdarah atau aids sekalipun. Sulit membedakan ibadah jaman sekarang yang tidak bercampur riak. Suatu ketika, di yaumil akhir, berlangsung pengadilan terhadap tiga orang laki-laki. Yang pertama kali diadili adalah orang yang gugur sebagai syahid. Ia kemudian dipanggil oleh Allah. Kepadanya kemudian diperlihatkan amal perbuatannya. Ia pun mengakui perbuatannya ketika berperang membela agama hingga akhirnya gugur sebagai syahid.

Kemudian Allah bertanya: “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkannya (mati syahid).”

“Aku berperang demi (mendapat) ridha-Mu hingga aku gugur di medan jihad,” jawab lelaki itu.

“Kamu berdusta,” sergah Allah.

“Kamu berperang agar dikatakan pemberani dan sungguh kamu telah mendapatkannya,” sambung Allah lagi.

Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke dalam neraka.

Selanjutnya Allah memanggil orang yang kedua, yakni seorang lelaki yang tekun menuntut ilmu dan mengajarkannya. Ia juga rajin membaca al-Qur’an. Seperti yang pertama, ia pun diperlihatkan amal perbuatannya. Setelah ia mengenalinya, Allah bertanya: “Apa yang telah kamu perbuat dengannya (menuntut ilmu)?”

“Saya menuntut ilmu, mengajarkannya kepada yang lain dan membaca al-Qur’an demi Engkau, ya Allah,” jawab lelaki itu.

“Kamu berdusta!” kata Allah berfirman.
“Kamu menuntut ilmu agar dibilang orang pandai dan kamu membaca al-Qur’an agar dikatakan sebagai qori yang bagus (bacaannya), dan sungguh kamu telah memperolehnya,” ungkap Allah.

Kemudian Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke neraka.

Berikutnya Allah mengadili orang yang ketiga yakni seorang lelaki yang dilapangkan dan dikaruniai Allah kekayaan yang melimpah. Kepadanya diperlihatkan amal perbuatannya. Iapun mengenalinya. Lalu Allah bertanya: “Apa yang kamu perbuat terhadap harta bendamu?”

Lelaki itu menjawab: “Saya tak pernah melewatkan kesempatan menafkahkan harta benda di jalan-Mu dan itu saya perbuat demi Engkau, wahai Tuhanku”. Allah berfirman: “Kamu berdusta! Kamu tidak melakukan itu semua kecuali dengan pamrih agar kamu dibilang sebagai dermawan. Dan kamu telah mendapatkan semua yang kamu inginkan."

Selanjutnya Allah memerintahkan agar orang tersebut diseret dan dilemparkan ke neraka.


Niat yang Menentukan

Amal baik belum tentu bernilai baik sebelum diketahui niatnya. Bisa saja manusia memberi gelar pahlawan kepada seseorang yang memiliki keberanian dan tanggung jawab yang besar dalam membela agama dan negaranya, akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi. Maka Allah jualah yang akan memberikan penilain-Nya tersendiri. Allah tidak menilai seseorang dari yang zhahirnya saja, tapi juga dari yang tersembunyi yaitu niat atau motivasinya.
Bisa jadi seseorang dihormati karena kedalaman ilmu dan keluasan wawasannya. Tapi di sisi Allah, seorang ulama baru dianggap bernilai bila ia ikhlas dalam mencari ilmu dan tulus ketika mengajarkan dan menyebarluaskannya. Ketika ada motivasi lain, sekecil apapun, pasti terdeteksi oleh ke-Mahatahuan-Nya. Allah berfirman:

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan jika kamu menampakkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 284)

Demikian pula halnya dengan orang kaya yang dermawan, belum tentu kedermawanannya berkenan di hadapan Allah. Boleh jadi kemurahannya dalam memberi digerakkan oleh niat-niat tertentu yang dapat merusak pahala sadaqahnya. Orang-orang yang menerima sumbangannya tidak mengetahui niat orang tersebut, tapi Allah saw selalui memonitor gerak hati seseorang. Dia menilai tidak sekadar dari lahirnya, tapi lebih penting lagi adalah niatnya. Itulah sebabnya, niat dalam ajaran Islam menempati posisi sentral dan sangat menentukan. Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung kepada niat, dan sesungguhnya tiap tiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ialah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrah karena ingin memperoleh keduniaan atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya adalah kea rah yang ditujunya tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah di atas dilatarbelakangi oleh pengaduan seseorang yang menyampaikan bahwa di antara orang-orang yang hijrah ke Madinah menyusul hijrahnya Rasulullah saw ada seseorang yang berhijrah karena ingin mengawini seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Pada mulanya lelaki itu ingin tetap tinggal di Makkah, akan tetapi karena Ummu Qais yang hendak dinikahinya mengajukan syarat bahwa ia mau dinikahi jika lelaki itu hijrah ke Madinah, maka akhirnya sang lelaki itu terpaksa turut hijrah demi kekasihnya.

Dalam kehidupan sehari-hari ada contoh yang sederhana. Di siang hari yang panas, seorang lelaki masuk ke mesjid. Secara lahiriyah perbuatan itu sangat terpuji. Akan tetapi siapa tahu niat yang tersembunyi dalam hatinya. Bisa jadi ia masuk ke mesjid dengan niat untuk istirahat. Jika niatnya seperti itu, maka ia akan memperoleh yang diniatkannya. Ia terhindar dari sengatan matahari dan terlepas dari rasa penat. Lain halnya jika ia meniatkan untuk i’tikaf. Boleh jadi ia mendapatkan kedua-duanya, yaitu pahala sekaligus istirahat yang cukup.

Dalam kenyataannya, banyak sekali perbuatan manusia yang motivasinya campur aduk antara ikhlas dan riya’. Misalnya, orang yang menunaikan ibadah haji seringkali niatnya tidak semata-mata untuk ibadah, tapi jauh sebelum keberangkatannya mereka sudah membuat rencana untuk membeli perhiasan, makanan, pakaian dan oleh-oleh lainnya untuk disebarkan kepada kerabatnya di tanah air.

Demikian pula halnya dengan orang yang menuntut ilmu, banyak yang niatnya tidak untuk memperoleh ridha Allah, tapi agar kelak dihormati dan disanjung masyarakat sebagai orang yang berilmu. Atau agar kelak mendapat pekerjaan yang baik, pangkat dan jabatan mentereng serta berkuasa di tengah masyarakatnya.

Seseorang yang shalat malam (tahajjud) mungkin saja niatnya murni, semata-mata ingin bertaqarrub dengan Allah swt. Akan tetapi ada pula seseorang yang menjalankan shalat malam karena niat 'daripada tidak bisa tidur' atau karena dia sedang berjaga, daripada bengong.

Secara syar’i, ibadahnya orang yang disebutkan di atas tetap sah dan tidak batal, akan tetapi kurang afdol. Ibadahnya sah, tapi kurang sempurna karena beribadah kepada Allah menuntut adanya kemurnian niat (ikhlas) semata-mata karena Allah. Al-Qur’an menandaskan:

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka kecuali supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 2-3)

Riya’ merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari demam berdarah atau aids sekalipun. Itulah sebabnya Rasulullah saw sangat khawatir dengan penyakit ini. Beliau takut ummatnya terjerumus pada penyakit yang beliau sebut sebagai syirik yang tersamar itu. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya yang saya takuti menimpa atas kamu ialah syirik kecil (syirkul ashghar). Para sahabat bertanya, 'apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu, ya Rasulallah?' Nabi menjawab: 'Riya’, (yakni) ketika manusia datang untuk meminta balasan atas amal perbuatan yang mereka lakukan. Maka Tuhan berkata kepada mereka : 'Pergilah kamu menemui orang-orang yang karena mereka kamu beramal (riya') di dunia niscaya kamu akan sadar apakah kamu memperoleh balasan kebaikan dari mereka?”.

Hidayatullah.com

Minggu, 31 Oktober 2010

Ketahui Penyakit Otak Lewat Hidung

Informasi ganguan pada otak terekam dalam sel punca hidung seseorang 

Hidayatullah.com --Sel punca olfactory yang diambil dari hidung pasien, dapat memberikan informasi penting tentang gangguan pada otak seperti schizophrenia.

Tim peneliti dari Universitas Griffith berhasil mengembangkan tehnik baru untuk mengetahui penyakit otak yang diderita pasien lewat sel punca hidungnya. 

Alan Mackay-Sim dari National Center for Adult Stem Cell Research di Universitas Griffith menyebutnya sebagai sebuah tonggak prestasi, karena sulit untuk mengetahui penyakit otak dengan cara mengambil sampel sel punca otak pasien. Kesulitan itu menyebabkan perkembangan pengobatan untuk penyakit otak terhambat. 

Menurut jurnal Disease Models and Mechanism, sel punca olfactory memiliki banyak keunggulan dibanding sel punca lain untuk mencari petunjuk tentang penyakit otak. 

"Sel itu bisa didapat dari hidung pasien lewat biopsi sederhana dan selnya memberikan informasi penting tentang perkembangan dan penyakit degeneratif otak," lapor jurnal tersebut. 

"Untuk masalah penyakit otak, para peneliti (selama ini) mengandalkan sel yang diambil dari bagian tubuh lain yang memberikan gambaran kurang penting tentang penyakit otak, serta sel dari sampel otak pascakematian yang jumlahnya terbatas dan hanya memberikan informasi akhir penyakit saja." 

Tim peneliti Mackay-Sim mengambil sel punca olfactory dari pasien penderita schizophrenia dan Parkinson lalu membandingkannya dengan sel punca milik orang sehat. 

Dari perbandingan itu akan terlihat perbedaan khusus dalam gen, protein dan fungsi sel pada pasien penderita penyakit otak. Informsasi tentang kondisi syaraf juga bisa diketahui dari sana, sehingga bisa digunakan untuk pengembangan obat baru. 

Schizophrenia adalah penyakit mental seumur hidup yang diderita oleh 1% orang di dunia, sementara Parkinson adalah penyakit degeneratif syaraf yang diderita oleh 0,1% warga dunia.[di/klj/ hidayatullah.com]

Nevertirees: Orang-Orang yang Tidak Mengenal Pensiun!

Doa untuk mati di puncak pencapaian pernah dicontohkan di al-Qu’ran. Yakni kisah Nabi Yusuf Alaihi Salam
Oleh: Muhaimin Iqbal* 
Hidayatullah.com--Di periode terakhir saya menjabat sebagai Presiden Direktur sebuah perusahaan publik, Komisaris Utama saya adalah seorang pengusaha pejuang yang berusia 86 tahun. Beliau tetap memimpin RUPS perusahaan kami, sampai benar-benar usia dan kesehatan tidak memungkinkan dan wafat setahun kemudian. Saya mengenal langsung tokoh ini pertama kalinya awal 90-an ketika saya menjadi moderator dalam suatu seminar perkapalan internasional dan beliau sebagai salah satu narasumber-nya.
Di puncak krisis Indonesia tahun 1998 sebagai direksi saya juga memiliki Komisaris Utama seorang pengusaha pejuang lainnya yang berusia 80 tahun. Dari tokoh-tokoh pengusaha tiga zaman tersebut:  Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi, inilah saya beruntung bisa belajar banyak tentang wisdom dalam berusaha.
Sebelum dunia mengenal istilah social business yang baru muncul belakangan, para tokoh pengusaha pejuang tersebut mendirikan berbagai perusahaan bank, asuransi, perkapalan, obat, distribusi dlsb. di dasawarsa pertama kemerdekaan RI. Targetnya saat itu bukan untung – melainkan mengisi kemerdekaan agar tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan eks penjajah yang masih eksis sampai beberapa tahun setelah Indonesia merdeka.
Niat berusaha yang luhur demikianlah yang mendorong mereka tetap mampu berkarya secara maksimal sampai usia yang sangat lanjut. Salah satu tokoh yang saya sebutkan tersebut, bahkan tetap mampu bekerja maksimal 30 tahun setelah serangan jantung yang mengenainya di usia 50-an tahun.
Berbeda dengan motif untuk tetap berkarya dari dua tokoh yang saya sebutkan di atas,  masyarakat pekerja yang hidup di zaman yang semakin kompetitif dan biaya hidup yang semakin mahal sekarang ini juga terdorong untuk bekerja – atau kadang terpaksa tetap bekerja - sampai usia lanjut. Maka muncullah sekarang apa yang disebut generasi nevertirees, yaitu generasi orang-orang yang tidak mau menyerah pensiun meskipun usia-nya sudah lanjut.
Nah sekarang bagaimana Anda bisa menyiapkan diri agar bisa memasuki usia nevertirees Anda kelak dengan dignity (gagah, terhormat, percaya diri...).
Berikut adalah beberapa poin yang perlu Anda persiapkan.
Pertama, jangan biarkan tabungan hasil jerih payah Anda selagi muda tergerus oleh inflasi sehingga menjadi tidak bernilai ketika Anda butuhkan di usia nevertirees. Investasi-lah sejak muda...!
Kedua, tekuni suatu minat, hobi atau kegemaran yang Anda nikmati dalam menggelutinya, namun juga berpeluang untuk menjadi ‘produksi’ bagi Anda dan bukannya ‘konsumsi’.
Ketiga, bangun kompetensi Anda di bidang yang Anda nikmati tersebut, sampai sedemikian rupa sehingga Anda bisa menjadi tokoh atau referensi di bidang tersebut. Dua tokoh yang saya ceritakan tersebut di atas, keduanya tokoh yang sangat terkenal di bidangnya masing-masing, yaitu perkapalan dan perbankan.
Keempat,  bangun jaringan dengan orang-orang yang berkompeten di bidang yang Anda minati, agar Anda bisa saling mengisi dan menyempurnakan.
Kelima, akumulasikan pengetahuan dan pengalaman Anda dan berkaryalah dengan kekuatan (akumulasi pengetahuan dan pengalaman) Anda tersebut.
Keenam, selain investasi pada diri Anda sendiri, investasilah pada orang-orang sekitar Anda yang bisa benar-benar Anda percayai. Mereka ini akan menjadi andalan Anda, ketika fisik Anda tidak memungkinkan untuk melanjutkan karya Anda.
Ketujuh, buatlah surat wasiat yang jelas dan adil untuk memudahkan ahli waris dan orang-orang kepercayaan Anda agar dapat melanjutkan karya-karya yang Anda hasilkan.
Mati di Puncak Pencapaian
Dalam Islam bekerja secara maksimal ini  diajarkan dalam rangkaian doa yang tergabung dalam doa khatam al-Qur’an. “....Allhummaj’al khaira ‘umry aakhirahu wa khaira ‘amaly  khawaatimahu wa khaira ayyaami yauma alqooka fiih” yang artinya , “Ya Allah jadikanlah yang terbaik dari umurku adalah akhirnya, dan yang terbaik dari amal perbuatanku adalah penutupnya, dan  yang terbaik dari hariku  adalah hari ketika aku bertemu denganMu...”
Doa untuk mati di puncak pencapaian ini juga dicontohkan di al-Qu’ran. Ketika Nabi Yusuf Alaihi Salam sudah menjadi raja dan sudah dipertemukan dengan kedua orangtuanya yang terpisah sejak kecil, dia pun memohon: “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS 12:101)
Bahwasanya doa tersebut dipanjatkan ketika Nabi Yusuf Alaihi Salam di puncak pencapaian - bukannya ketika dia lagi difitnah dan dipenjara – ini menjadi pelajaran tersendiri bagi kita, yaitu untuk mencapai akhir hayat yang terbaik.
Semoga Allah memudahkan kita untuk amal yang diridloiNya.
Penulis adalah Direktur GeraiDinar dan kolumnis www.hidayatullah.com

Tidur Awal dan Bangun Awal

Beraktifitas hingga tengah malam atau bahkan hingga terbit fajar adalah praktek melawan sunatullah, kecuali mereka melakukan tugas penting

Oleh: Mustofa*

 “Early to bed and early to rise makes a man healthy, wealthy and wise.” (Tidur awal dan bangun awal membuat seseorang sehat, sejahtera dan bijaksana), demikian kata-kata mutiara yang mengandung hikmah dalam bahasa Inggris menyebutkan.

Segera tidur di permulaan malam dan segera bangun tidur sebelum fajar adalah pola hidup Islami.  Islam menuntun manusia untuk menjalani hidup sesuai dengan sunatullah dan secara alami, Islam juga memberikan pedoman pola hidup yang sehat, dan bahkan mengajak manusia untuk hidup sehat.

Di beberapa ayat, al-Qur'an menyebutkan malam adalah untuk istirahat (tidur), sedangkan siang (baca: pagi hingga sore hari) untuk melakukan berbagai aktifitas kehidupan seperti mencari karunia Allah. Salah satu ayat menyebutkan: "Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya." (QS. 28:73)

Rasulullah saw. telah mencontohkan pola hidup ini dengan segera tidur pada permulaan malam dan segera bangun sebelum fajar menyingsing atau tepatnya di akhir malam untuk bertahajjud (HR. Bukhari).

Sejak diutus menjadi rasul hingga akhir hayatnya, Rasulullah saw. selalu menghidupkan akhir malam dengan bertahajjud hingga bengkak kedua telapak kaki beliau (HR. Bukhari). Beliau menyatakan makruh hukumnya meninggalkan tahajjud bagi orang yang biasa bertahajjud (HR. Bukhari). Bahkan beliau tetap bertahajjud meskipun sedang menunggang unta ketika dalam perjalanan (HR. Bukhari). Pola hidup ini membuat beliau terkenal sebagai sosok yang mempunyai kesehatan fisik dan mental yang prima, dan sebagai sosok yang bijaksana dan kata-katanya penuh dengan hikmah.

Pola hidup ini adalah pola hidup yang alami. Suasana malam yang gelap tanpa ada sinar matahari, sunyi, tenang dan lebih dingin dibanding siang adalah suasana yang kondusif untuk bisa tidur dengan tenang dan nyenyak, Hewan adalah makhluk hidup yang menjalani kehidupan sesuai dengan sunatullah. Hewan tidak mempunyai akal dan nafsu yang menjadikan mereka mempunyai kemampuan dan kemauan melawan sunatullah. Hewan hidup menurut instingnya. Insting menuntun hewan – kecuali binatang malam seperti kelelawar - untuk tidur dan tidak beraktifitas di malam hari.

Di zaman yang sarat dengan teknologi canggih ini – yang mampu membuat malam menjadi terang benderang, hidup dan meriah - kehidupan malam telah menjadi kebiasaan, kebutuhan, bahkan kebanggaan bagi manusia modern. Tidak sedikit manusia modern termasuk kaum Muslimin yang melakukan berbagai aktivitas di malam hari yang membuat terlambat tidur atau bahkan tidak tidur sama sekali. Ada begitu banyak aktifitas yang mereka lakukan baik yang berkaitan dengan kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Ada yang penting, bermanfaat, darurat, positif dan ada yang tidak seperti menonton TV dan bersenang-senang di klub malam atau di cafe.

Beraktifitas hingga tengah malam, dini hari atau bahkan hingga terbit fajar adalah praktek melawan sunatullah kecuali bagi mereka yang melakukan tugas-tugas penting dan darurat yang menyangkut hajat dan keselamatan hidup orang banyak dan tidak bisa tidak harus dilakukan di malam hari seperti para petugas keamanan dan petugas kesehatan. Juga bukan praktek melawan sunatullah, tidur awal dan bangun awal untuk melakukan aktivitas-aktivitas positif dan bermanfaat seperti belajar bagi penuntut ilmu, menulis bagi penulis, dan "taqorrub ilallah" (mendekatkan diri kepada Allah) bagi ibadurrahman (hamba-hamba Allah) dengan bertahajjud, memohon ampun, berdo'a, membaca dan mengkaji Al-Qur'an, dan berdzikir. Justru sedikit tidur di malam hari untuk beribadah kepada Allah di akhir malam adalah ciri orang yang bertakwa (QS. 51:15-18).

Penulis adalah ketua FUSSI (Forum Ukhuwah Sarjana Studi Islam) di IIUM dan mahasiswa program Master Ulumul Qur'an di IIUM (International Islamic University Malaysia)

Sabtu, 30 Oktober 2010

Tren Baru di Kalangan Wanita Terpelajar Inggris: Menjadi Mualaf


Camilla Leyland dulu dan kini (Daily Mail/RoL)
dakwatuna.com – London. Berita ipar Tony Blair yang mengumumkan konversi keyakinannya menjadi Muslim akhir pekan lalu membuka banyak cerita tentang para mualaf di Inggris. Harian Daily Mail menurunkan topik tak biasa di halam depan mereka: tentang tren baru keyakinan di Inggris. Hasil temuan mereka menyebut, ada tren di kalangan perempuan terpelajar di Inggris — sebagian besar adalah wanita karier — yang memilih Islam sebagai keyakinan baru mereka.
Ipar Tony Blair, Lauren Booth, 43 tahun, mengatakan dia sekarang memakai jilbab yang menutupi kepala setiap kali meninggalkan rumah. Ia juga mengaku melakukan shalat lima kali sehari dan mengunjungi masjid setempat kapanpun dia bisa.
Lauren berprofesi sebagai wartawan dan penyiar televisi. Dia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim enam minggu lalu setelah mengunjungi tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom. “Ini adalah Selasa malam, dan saya duduk dan merasa ini suntikan morfin spiritual, hanya kebahagiaan mutlak dan sukacita,” ujarnya.
Sebelum pergi ke Iran, ia mengaku telah tertarik pada Islam dan telah menghabiskan banyak waktu untuk bekerja sebagai wartawan di Palestina. “Saya selalu terkesan dengan kekuatan dan kenyamanan berada di tengah-tengah Muslimin,” katanya.
Menurut Kevin Brice dari Swansea University, yang memiliki spesialisasi dalam mempelajari konversi keyakinan, menyatakan gelombang para wanita terpelajar Inggris yang beralih keyakinan menjadi Muslim merupakan bagian dari tren menarik.
“Mereka mencari inti spiritualitas, arti yang lebih tinggi, dan cenderung untuk berpikir secara mendalam sebelum memutuskan. Namun dalam konteks ini, saya menyebutnya fsebagai fenomena “mengkonversi kenyamanan”. Mereka akan menganggap agama adalah alat menyenangkan suami Muslim mereka dan keluarganya, tapi tidak akan selalu menghadiri masjid, berdoa, dan berpuasa,” ujarnya.
Benarkah demikian? Kristiane Backer, wanita 43 tahun dan mantan VJ MTV yang menjadi ikon kehidupan Barat liberal yang dirindukan remaja saat mudanya, menggeleng. “Masyarakat permisif yang saya dambakan ketika muda dulu ternyata sangat dangkal, tak memberi ketenteraman batin apapun,” ujarnya.
Titik balik untuk Kristiane muncul ketika dia bertemu mantan pemain kriket Pakistan dan seorang Muslim, Imran Khan pada tahun 1992. Dia membawanya ke Pakistan. Di negara kekasihnya itu, dia segera tersentuh oleh spirtualitas dan kehangatan dari orang-orang Islam di negara itu.
“Meskipun kemudian hubungan asmara saya dengan Imran Khan kandas, semangat saya mempelajari Islam tak turut kandas. Saya mulai mempelajari Islam dan akhirnya menjadi mualaf,” ujarnya.
Menurutnya, Islam adalah agama bervisi. “Di Barat, kami menekankan untuk alasan yang dangkal, seperti apa pakaian untuk dipakai. Dalam Islam, semua orang bergerak ke tujuan yang lebih tinggi. Semuanya dilakukan untuk menyenangkan Tuhan. Itu adalah sistem nilai yang berbeda,” tambahnya.
Untuk sejumlah besar wanita, kontak pertama mereka dengan Islam berasal dari kencan pacar Muslimnya. Lynne Ali, 31, dari Dagenham di Essex, mengakuinya. Di masa lalu, hidupnya hanyalah pesta. “Aku akan pergi keluar dan mabuk dengan teman-teman, memakai pakaian ketat dan mengerling siapapun lelaki yang ingin aku kencani,” ujarnya.
Di sela-sela pekerjaannya sebagai DJ sebuah kelab malam papan atas London, ia menyempatkan ke gereja. Tetapi ketika ia bertemu pacarnya, Zahid, di universitas, sesuatu yang dramatis terjadi.”Dia mulai berbicara kepadaku tentang Islam, dan itu seolah-olah segala sesuatu dalam hidupku dipasang ke tempatnya. Aku pikir, di bawah itu semua, aku pasti mencari sesuatu, dan aku tidak merasa hal itu dipenuhi oleh gaya hidup hura-huraku dengan alkohol dan pergaulan bebas.”
Pada usia 19 tahun, Lynne memutuskan menjadi mualaf. “Sejak hari itu pula, aku memutuskan mengenakan jilbab,” ujarnya. “Ini adalah tahun ke-12 rambut saya selalu tertutup di depan umum. Di rumah, aku akan berpakaian pakaian Barat normal di depan suami saya, tapi tidak untuk keluar rumah.”
Survei YouGov baru-baru ini menyimpulkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Inggris percaya Islam adalah pengaruh negatif yang mendorong ekstremisme, penindasan perempuan dan ketidaksetaraan. Namun statistik membuktikan konversi Islam menunjukkan perkembangan yang signifikan. Islam adalah, setelah semua, agama yang berkembang tercepat di dunia. “Bukti menunjukkan bahwa rasio perempuan Barat mengkonversi untuk laki-laki bisa setinggi 2:1,” kata sosiolog Inggris, Kevin Brice.
Selain itu, katanya, umumnya perempuan mualaf ingin menampilkan tanda-tanda dari agama baru mereka – khususnya jilbab – walaupun gadis Muslim yang dibesarkan dalam tradisi Islam justru malah memilih tak berjilbab. “Mungkin sebagai akibat dari tindakan ini, yang cenderung menarik perhatian, Muslim mualaflah yang sering melaporkandiskriminasi terhadap mereka daripada mereka yang menjadi Muslimah sejak lahir,” tambahnya.
Hal itu diakui Backer. “Di Jerman, ada Islamophobia. Saya kehilangan pekerjaan saya ketika saya bertobat. Ada kampanye untuk melawan saya dengan sindiran tentang semua Muslim mendukung teroris – intinya saya difitnah. Sekarang, saya presenter di NBC Eropa,” ujarnya.
Hal itu diamini Lyne. “Aku menyebut diriku seorang Muslim Eropa, yang berbeda dengan mereka yang menjadi Muslim sejak lahir. Sebagai seorang Muslim Eropa, saya mempertanyakan segala sesuatu – saya tidak menerima secara membabi-buta. Dan pada akhirnya harus diakui, Islam adalah agama yang paling logis secara logika,” ujarnya.
“Banyak perempuan mualaf di Inggris juga mengkonversi agamanya karena tertarik dengan kehangatan hubungan di antara sesama Muslim. “Beberapa tertarik untuk merasakan kembali nilai-nilai yang telah mengikis di Barat,” kata Haifaa Jawad, dosen senior di Universitas Birmingham, yang telah mempelajari fenomena konversi agama. “Banyak orang, dari semua lapisan masyarakat, meratapi hilangnya tradisi menghargai orang tua dan perempuan, misalnya. Ini adalah nilai-nilai yang termuat dalam Quran, yang umat Islam harus hidup dengannya,” tambahnya Brice.
Nilai-nilai seperti ini pula yang menarik Camilla Leyland, 32, seorang guru yoga yang tinggal di Cornwall, pada Islam. Ia seorang ibu tunggal untuk anak, Inaya, dua tahun. Ia mengaku menjadi Muslim pada pertengahan usia 20-an untuk ‘alasan intelektual dan feminis’.
“Aku tahu orang akan terkejut mendengar kata-kata ‘feminisme’ dan ‘Islam’ dalam napas yang sama, namun pada kenyataannya, ajaran Alquran memberikan kesetaraan kepada perempuan, dan pada saat agama itu lahir, ajaran pergi terhadap butir masyarakat misoginis,” tambahnya.
Selama ini, orang salah memandang Islam, katanya. “Islam dituduh menindas wanita, namun yang aku rasakan ketika dewasa, justru aku merasa lebih tertindas oleh masyarakat Barat.”
Tumbuh di Southampton – ayahnya adalah direktur Institut Pendidikan Southampton dan ibunya seorang
ekonom – Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam di sekolah. Ia mengenal Islam saat kuliah dan kemudian mengambil gelar master di bidang Studi Timur Tengah. Ketika tinggal dan bekerja di Suriah, ia menemukan pencerahan spiritual.
Merefleksikan apa yang dia baca di Alquran, ia menyadari bahwa islamlah yang dicarinya selama ini. “Orang-orang akan sulit untuk percaya bahwa seorang wanita yang berpendidikan tinggi dari kelas menengah akan memilih untuk menjadi Muslim,” katanya, menirukan komentar ayahnya saat itu. Namun ia mantap menjadi Muslimah.
Kini, ia yang mengaku tak pernah meninggalkan shalat lima waktu tapi belum berjilbab ini menyatakan dirinya telah “merdeka”. “Saya sangat bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak.” (Siwi Tri Puji B/Daily Mail/RoL)