Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Totalitas Berkarya Bersama Dakwah

Majelis Taklim Al-Kahfi

Senin, 02 Mei 2011

AL-QASIM IBN MUHAMMAD IBN ABI BAKAR (Satu Dari TujuhAhli Fiqih Kota Madinah)

    AL-QASIM IBN MUHAMMAD IBN ABI BAKAR (Satu Dari TujuhAhli Fiqih Kota Madinah) “Sekiranya ada bagiku kekuasaan dalam urusanini, sungguh aku akan mengangkat al-Qasim ibn Muhammad menjadikhalifahâ€� [Umar ibn Abdul Aziz]
Sudahkah datang kepadamu berita tentang tabi’i yang mulia ini
Ia adalah seorang pemuda yang telah mengumpulkan kemuliaan dariseluruh ujungnya, hingga tidak ada yang terlewatkan olehnya sedikitpun...
Ayahnya adalah Muhammad ibn Abi Bakar ash-Shiddiq...
Ibunya adalah putri Kaisar “Yazdajurda� raja Persia yang terakhir...
Bibinya adalah ‘Aisyah ummul mukminin...
Di atas itu semua, ia telah memasang mahkota takwa dan ilmu di ataskepalanya.
Apakah kamu mengira bahwa di atas kemuliaan ini ada kemuliaan lainyang orang-orang saling berlomba-lomba untuk mendapatkannya
Dialah al-Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakar ash-Shiddiq, satu daritujuh ahli fiqih kota Madinah [al-Fuqaha’ as-Sab’ah]*...Pendudukzamannya yang paling afdlol dalam hal ilmu...paling tajam akalnya danpaling wara’.
Maka, marilah kita mulai kisah kehidupannya dari awal.
Al-Qasim ibn Muhammad dilahirkan pada akhir-akhir dari kekhalifahanUtsman ibn Affan RA...akan tetapi belum lagi anak kecil ini mampuberjalan di sarangnya sehingga angin fitnah yang kencang berhembus ditengah-tengah kaum muslimin.
Maka, syahidlah khalifah yang ahli ibadah lagi zuhud yaitu Dzunnurrainsedangkan tulang sulbinya condong ke depan mendekap al-Qur`an.
Dan bergolaklah perselisihan yang besar antara amirul mukminin Ali ibnAbi Thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan amir negeri Syam...
Dan di dalam rantai yang menakutkan dan membingungkan darikajadian-kejadian yang berkesinambungan ini...anak kecil inimendapatkan dirinya dibawa bersama saudara perempuannya dari Madinahmenuju ke Mesir...Adalah merupakan keharusan bagi mereka berdua untukmenyusul ayah mereka setelah diangkat menjadi wali atas Mesir olehamirul mukminin ‘Ali ibn Abi Thalib.
Kemudian, ia melihat kuku-kuku fitnah yang merah memanjang hinggasampai kepada ayahnya yang kemudian membunuhnya dengan cara yangpaling jahat.
Kemudian, ia menemukan dirinya dipidahkan kali yang lain dari Mesirmenuju Madinah setelah para pembela Muawiyah menguasainya...dan iatelah menjadi anak yatim yang ditinggal oleh kedua orang tuanya.
Al-Qasim menceritakan sendiri tentang perjalanan penuh derita ini danyang setelahnya. Ia menuturkan, “Ketika ayahku terbunuh di Mesir,datanglah pamanku Abdurrahman ibn Abi Bakar, kemudian ia membawaku danadik perempuanku...ia lalu berangkat bersama kami menuju Madinah.
Belum lama kami sampai di Madinah, hingga bibiku ‘Aisyah RA datangkepada kami dan membawa kami dari rumah pamanku menuju rumahnya...dania mendidik kami di bawah asuhannya.
Aku tidak pernah melihat seorang ibu dan seorang ayah sekalipun yanglebih banyak berbuat kebajikan dan tidak pula lebih banyak kasihsayangnya dari pada dia.
Ia menyuapi kami dengan tangannya dan ia tidak ikut makan bersama kami...apabilaada sedikit makanan kami yang tersisa ia pun memakannya.
Ia mandekap [mengasihi] kami sebagaimana seroang ibu menyusuimengasihi bayi yang disapihnya. Ia mamandikan kami dan menyisir rambutkami. Ia juga memakaikan baju putih bersih kepada kami.
Ia tidak pernah berhenti menganjurkan kami atas kebaikan dan melatihkami melakukannya...ia melarang kami dari kejahatan dan membawa kamiuntuk meninggalkannya.
Ia membiasakan mentalqin kitab Allah kepada kami sekemampuan kami...danmenjadikan kami meriwayatkan hadits Rasul SAW apa yang kami hafal.
Pada dua hari raya ia bertambah kebajikannya dan hadiahnya kepada kami...
Di sore hari Arafah ia mencukur rambutku...memandikan aku dan adikperempuanku...dan apabila pagi telah tiba ia pun memakaikan baju barukepada kami, dan mengirim kami ke masjid untuk menunaikan shalat ‘id.Dan apabila kami telah pulang, ia lantas mengumpulkan aku dan adikperempuanku lalu memotong kurban di hadapan kami.
Pada suatu hari, ia memakaikan kami baju putih, lalu mendudukkan akudi salah satu lututnya dan adik perempuanku di lutut yang lain.
Dan sebelumnya ia telah memanggil pamanku Abdurrahman...ketika ia [pamanku]masuk menemuinya, ia [bibiku] menyalaminya kemudian berkata. Ia memujiAllah AWJ dan menyanjung-Nya dengan pujian yang sesuai dengan-Nya.
Maka, aku tidak pernah melihat seorang laki-laki atau perempuan punyang berbicara sebelumnya dan tidak pula setelahnya yang lebih fasihlisanya dan lebih manis ucapannya dari pada dia.
Ia [bibiku] kemudian berkata, “Wahai saudaraku...aku masih melihatmuberpaling dariku sejak kedua anak ini aku ambil darimu dan aku dekapdalam pelukanku. Demi Allah tidaklah aku melakukan hal itu karenamerasa lebih tinggi darimu dan tidak pula su’u dzan kepadamu sertamenuduhmu lalai terhadap hak mereka berdua. Akan tetapi engkau adalahseorang laki-laki yang memiliki banyak istri. Sedangkan mereka berduaadalah anak kecil yang belum mampu mengurusi diri mereka. Sehingga akumerasa takut kalau istri-istrimu melihat dari keduanya apa-apa yangmereka merasa jijik darinya sehingga mereka tidak merasa senang. Danaku dapatkan diriku lebih berhak dari pada mereka untuk mengurusikeduanya dalam keadaan ini. Nah...keduanya sekarang telah tumbuh besardan telah mampu untuk mengurusi dirinya sendiri. Maka, ambillahkeduanya dan bawalah tinggal bersamamu.�
Pamanku Abdurrahman mengambil kami dan menempatkan kami di rumahnya.
Hanya saja, anak “al-Bakriy� [dari keturunan Abu Bakar] ini, hatinyaselalu bergantung dengan rumah bibinya ‘Aisyah ummul mukminin RA...Diatas tanah rumahnya yang harum dengan parfum-parfum nubuwwah ia telahtumbuh...Di bawah asuhan shabatnya ia telah terdidik dan tumbuh...Dandari kasih sayangnya yang terpancar ia minum hingga puas.
Maka ia pun membagi waktunya antara [mengunjungi] rumah [bibi]nya danrumah pamannya.
Kenangan-kenangan rumah bibinya yang harum, jernih dan gemerlap selauhidup dalam benaknya sepanjang hidup.
Dengarkanlah beberapa cerita tentang kenangan-kenangannya. Iamenuturkan, “Pada suatu hari aku berkata kepada bibiku ‘Aisyah RA,“Wahai Ibu, singkaplah kuburan Nabi SAW untukku dan kuburan duasahabatnya...sesungguhnya aku ingin melihatnya.�
Adalah ketiga kuburan tersebut masih berada di dalam rumahnya. Iatelah menutupnya dengan sesuatu yang dapat menghalanginya daripandangan. Ia lalu menyingkap untukku ketiga kuburan tersebut yangtidaklah menggunduk tinggi dan tidak pula lengkaui. Dan telahdihampari dengan kerikil merah yang ada di halaman masjid.
Aku berkata, “Manakah kuburan Rasulullah SAW�
Dengan tangannya ia menunjuk seraya berkata, “Ini.�
Kemudian meneteslah dua air mata besar di pipinya. Ia segeramengusapnya hingga aku tidak melihatnya.
Adalah kuburan Nabi SAW berada di depan kuburan kedua sahabatnya.
Aku berkata, “Manakah kuburan kakekku Abu Bakar�
“Yang itu� katanya.
Adalah Abu Bakar dikubur di sisi kepala Nabi SAW.
Aku berkata, “Dan yang ini kuburan Umar�
“Ya� jawabnya.
Dan adalah kepala Umar RA berada di sisi pinggang kakekku dekat dengankaki Nabi SAW.
Saat pemuda bakriy ini tumbuh dewasa, ia telah hafal kitab Allah AWJ.
Ia telah mengambil [belajar] hadits Rasulullah SAW dari bibinyaapa-apa yang Allah kehendaki untuk ia mengambilnya.
Kemudian ia mendatangi al-Haram an-Nabawi [masjid nabawi] yang mulia,dan duduk pada halaqoh-halaqoh ilmu yang tersebar di setiap pojok daripojok-pojok masjid sebagaimana tersebarnya bintang-bintang yanggemerlap di hamparan langit.
Sehingga ia meriwayatkan dari Abu Hurairah, Abdullah ibn Umar,Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn az-Zubair...Abdullah ibn Ja’far,Abdullah ibn Khabbab, Rafi’ ibn Khudaij, Aslam budak Umar ibn al-Khaththaab,serta yang lainnya dan yang lainnya.
Sehingga ia menjadi penduduk jamannya yang paling tahu tentang as-Sunnah[apa-apa yang shahih dari Rasulullah SAW ].
Adalah seseorang tidak dianggap menjadi orang alim di sisi merekahingga ia kokoh dalam hal Sunnah.
Setelah perangkat ilmu pemuda bakriy ini menjadi sempurna, mulailahorang-orang mendatanginya untuk mencari ilmu darinya dengan penuhantusias dan rasa rindu. Dan ia pun mendatangi mereka memberikan ilmukepada mereka dengan penuh derma.
Ia mendatangi masjid Rasulullah SAW pada setiap pagi hari pada waktuyang tidak pernah ia langgar...Ia shalat dua rakaat tahiyatul masjid.
Ia lantas mengambil tempatnya di depan khaukhah Umar [cendela kecil]di Raudlah yang mulia antara kuburan Nabi SAW dan mimbarnya**.
Maka para thulabul ilmi dari segala tempat berkumpul kepadanya.
Mereka meminum dari sumber-sumbernya yang tawar dan jernih sehinggamemuaskan jiwa-jiwa yang haus.
Tidak berselang waktu yang lama sehingga al-Qasim ibn Muhammad dananak bibinya [dari pihak ibu] yaitu Salim ibn Abdullah ibn Umar telahmenjadi dua imam Madinah yang terpercaya. Dua penghulu yang ditaatidan dua orang yang didengar ucapannya, walaupun wilayah dan kekuasaantidak berada dalam genggaman kedua tangannya.
Orang-orang telah mengangkatnya menjadi pemimpin disebabkan olehketakwaan dan wara’ yang mereka berdua berhias dengannya, dan karenailmu serta fiqih [pemahaman] yang tersimpan dalam dadanya, serta apayang mereka berhias dari kezuhudan terhadap apa yang ada pada manusia,serta raghbah [antusias/cinta] dengan apa yang ada di sisi Allah AWJ.
Dan telah sampai dari ketinggian kedudukan keduanya di dalam jiwa,hingga para khalifah Bani Umayyah dan para walinya tidaklah memutuskansuatu perkara penting dari urusan Madinah kecuali dengan mengambilpendapat mereka berdua.
Di antaranya, bahwa al-Walid ibn Abdul Malik bertekad untuk meluaskanal-Haram an-Nabawi yang mulia.
Dan ia tidak memiliki keluasan untuk merealisasikan angan-angannyayang mahal ini kecuali dengan menghancurkan masjid yang lama darikeempat sisinya...dan menghilangkan rumah-rumah istri Nabi SAW danmemasukkannya ke masjid.
Ini adalah perkara yang terasa memberatkan manusia...
Dan mereka tidak merasa senang dengannya...
Lantas ia menulis surat kepada Umar ibn Abdul Aziz gubernurnya ataskota Madinah, ia berkata, “Aku berpendapat untuk meluaskan masjidRasulullah SAW hingga luasnya menjadi dua ratus hasta kali dua ratushasta. Maka hancurkanlah keempat temboknya dan masukkanlah kamar-kamaristri Nabi SAW ke dalamnya. Dan belilah rumah-rumah yang ada disekitarnya. Dan majukanlah kiblatnya bila kamu mampu. Dan sesungguhnyakamu mampu melakukannya karena kedudukan paman-pamanmu ali al-Khaththaab[keluarga al-Khaththaab] dan kedudukan mereka dalam hati manusia.
Apabila penduduk Madinah enggan menjalankan perintahmu itu, makamintalah bantuan kepada al-Qasim ibn Muhammad dan Salim ibn Abdullahibn Umar, ikutkanlah mereka berdua dalam urusan ini...
Bayarlah harga rumah-rumah mereka dengan penuh kedermawanan...sesungguhnyakamu memiliki dua pendahulu yang jujur/benar dalam hal tersebut,mereka yaitu Umar ibn al-Khaththaab dan Utsman ibn Affan.�
Umar ibn Abdul Aziz lalu mengundang al-Qasim ibn Muhammad dan Salimibn Abdullah serta sejumlah tokoh penduduk Madinah. Ia membacakansurat amirul mukminin kepada mereka...mereka dibuat gembira dengantekad khalifah dan bersegera melaksanakannya.
Tatkala manusia melihat dua ‘alim Madinah dan dua imamnya yang besarbersegera menghancurkan masjid dengan tangannya, mereka lantas bangkitbersama keduanya secara bersama-sama. Dan melaksanakan isi suratamirul mukminin.
Dan adalah pada waktu itu, pasukan kaum muslimin yang mendapatkemenangan mendobrak pintu-pintu benteng yang menguhubungkan ke kotaKostantinopel dan menguasainya satu demi satu dengan kepemimpinan amiryang gagah berani yaitu Maslamah ibn Abdul Malik ibn Marwan...dan ituadalah tamhid [pendahuluan dan pengantar] untuk penaklukkan kotaKostantinopel itu senidri.
Tatkala raja Romawi mengetahui tekad amirul mukminin untuk meluskanmasjid nabawi yang mulia, ia ingin merayunya dan mendekat kepadanyadengan apa yang ia senangi...
Ia [raja Romawi] lalu mengirim seratus ribu mitsqol [batu timbangan]dari emas dan mengutus bersamanya seratus pekerja dari ahli bangunanyang paling mahir di negeri Romawi.
Dan ia membekali para pekerja dengan empat puluh muatan dari al-fusaifisaa***...
Lalu al-Walid mengirim itu semua kepada Umar ibn Abdul Aziz gunamembantunya dalam membangun masjid...maka, Umar mendistribusikannyasetelah bermusyawarah dengan al-Qasim ibn Muhammad dan sahabatnya.
Al-Qasim ibn Muhammad adalah orang yang paling menyerupai kakeknyayaitu ash-Shiddiq RA, hingga orang-orang berkata, “Abu Bakar tidakmelahirkan seorang anak yang lebih mirip dengannya dari pemuda ini.�
Ia [al-Qasim] telah menyerupainya dalam kemuliaan kepribadiannya danketinggian sifatnya, keteguhan imannya dan kebesaran wara’nya sertakedermawanan jiwa dan tangannya.
Telah diriwayatkan darinya banyak perkataan-perkataan dan perbuatanyang mempersaksikan akan hal ini.
Di antaranya, bahwa ada seorang badui yang mendatanginya ke masjid, iaberkata, “Siapakah yang lebih alim, kamu atau Salim ibn Abdullah�
Ia [al-Qasim] lalu pura-pura menyibukkan diri darinya...
Badui tersebut mengulangi pertanyaannya kepadanya.
Ia menjawab, “Subhaanallah.�
Badui itu mengulanginya kali yang ketiga, lalu ia [al-Qasim] berkatakepadanya, “Itu Salim duduk di sana wahai anak saudaraku.�
Orang yang ada dalam majlisnya berkata,
“Lillahi abuuhu****...�, ia tidak senang mengatakan, “Aku lebih alimdarinya� sehingga ia mentazkiyah [merekomendasi] dirinya...dan ia jugatidak senang mengatakan, “Dia lebih alim dariku� sehingga ia berdusta
Karena memang ia lebih alim dari Salim.
Suatu kali ia pernah terlihat di Mina. Dan para penduduk negeri dariorang-orang yang berhaji ke baitullah mengerumuninya dari segala sisidan menanyainya.
Ia menjawabi mereka dengan apa yang ia tahu, dan pada apa yang iatidak tahu, ia mengatakan, “Aku tidak tahu...aku tidak mengerti...akutidak faham.� Mereka pun dibuat heran dengannya.
Ia lalu berkata, “Aku tidak tahu seluruh apa yang kalian tanyakan...kalauaku mengetahuinya, niscaya aku tidak akan menyembunyikannya...dantidak halal bagiku untuk menyembunyikannya. Dan [ketahuilah] seseoranghidup dalam keadaan bodoh â€"setelah mengetahui hak Allah atasnya-adalah lebih baik baginya daripada ia mengatakan apa yang ia tidakmengetahuinya.â€�
Pada suatu kali, ia diberi amanat untuk membagi zakat kepada paramustahiknya, ia pun berijtihad semampunya, dan memberi setiap orangakan haknya. Hanya saja salah seorang dari mereka tidak ridla denganbagiannya yang telah diberikan kepadanya.
Ia lalu mendatanginya di masjid sedangkan al-Qasim sedang berdirishalat. Ia lalu mulai berbicara tentang zakat.
Maka putra al-Qasim berkata kepadanya, “Demi Allah, sesungguhnya kamumembicarakan seseorang yang tidak mengambil dari zakat kalian satudirham pun dan tidak pula satu daanik [seperenam dirham]...dan tidakmerasakan satu korma pun darinya.�
Al-Qasim lalu mempercepat shalatnya dan menoleh ke arah anaknya serayaberkata, “Wahai anakku, janganlah kamu berkata setelah hari ini apayang kamu tidak tahu.�
Orang-orang berkata, “Sesuungguhnya anaknya telah benar [dalamperkataannya]....�
Akan tetapi al-Qasim berkeinginan untuk mendidiknya dan menjagalisannya dari mengatakan sesuatu yang tidak ada faidahnya.
Al-Qasim ibn Muhammad telah diberi umur hingga lebih dari tujuh puluhdua tahun. Akan tetapi matanya menjadi buta di saat ia berusia lanjut.
Pada akhir tahun dari kehidupannya, ia menuju ke Mekkah menginginkanhaji...dan di tengah perjalanan kematian menjemputnya.
Ketika ajalnya sudah dekat, ia menoleh kepada anaknya dan berkata,“Bila aku mati, kafanilah aku dengan pakaianku yang aku shalatdengannya, yaitu gamisku...sarungku...dan kainku...itu adalah kafankakekmu Abu Bakar. Kemudian ratakan kuburanku dan pulanglah kepadakeluargamu. Dan hati-hatilah [janganlah kamu] berdiri di ataskuburanku dan berkata, “Dahulu ia begini...dan dulu ia begitu....�,karena aku bukanlah siapa-siapa�.
RUJUKAN
Sebagai tambahan tentang kisah al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar,lihat:
Hilyatul Auliyaa: 2/183
Shifatus shafwah [cet. Al-Halabiyah]: 2/88
Tahdziibut Tahdziib: 8/333
Wifyaatul A’yaan oleh Ibn Khalqan: 4/59-60 dan [lihat footnote padajuz ke 8]
Ath-Thabaqatul Kubra oleh Ibn Sa’d: 5/187
CATATAN:
* Fuqoha Madinah yang tujuh mereka adalah: Said ibn al-Musayyab, Urwahibn az-Zubair, Abu Bakar ibn Abdurrahman al-Makhzuumi, Khaarijah ibnZaid, Sulaiman ibn Yasaar, Ubaidullah ibn Abdillah ibn Utbah dan al-Qasimibn Muhammad ibn Abi Bakar
** Antara kuburan Nabi SAW dan mimbarnya adalah tempat yang berkah,dimana Nabi SAW bersabda, “Antara rumahku dan mimbarku ada Raudlah [taman/kebun]dari taman-taman surga.� Dan rumah beliau telah menjadi kuburannya SAW
*** Al-Fusaifisaa adalah potongan kecil dari marmer yang berwarnaindah, sebagiannya disusun dengan yang lain dalam bentuk yangmengagumkan dan indah. Dengannya tembok-tembok istana dihiasi
**** Kalimat ini diucapakan dalam konteks pujian dan pengagungan
Artikel AL-QASIM IBN MUHAMMAD IBN ABI BAKAR (Satu Dari TujuhAhli Fiqih Kota Madinah) diambil dari http://www.asofwah.or.id
AL-QASIM IBN MUHAMMAD IBN ABI BAKAR (Satu Dari TujuhAhli Fiqih Kota Madinah).