Minggu, 10 April 2011

Wasiat Hasan Al-Banna; Jika Anda Ingin Menjalin Hubungan Dengan Allah, Perbaharuilah Taubat


Kita panjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt. Kita ucapkan shalawat & salam utk junjungan kita Nabi Muhammad, segenap keluarga & sahabatnya, serta siapa saja yg menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.
Ikhwan yg mulia…
Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari Allah, yg baik & diberkahi:

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Saya ingin agar Sentuhan Hati Hari  ini senantiasa dapat membuka pembicaraan & mengambil intisarinya pd awal kajian.

Ikhwan sekalian.
Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad akan baik & jika ia rusak maka seluruh jasad juga akan rusak. Ketahuilah, itu adalah hati.
Kita tdk ingin merampas hak hati kita utk memperoleh sentuhan yg mulia, yaitu sentuhan cinta & persaudaraan karena Allah, yg ditumbuhkembangkan di dalam hati oleh acara ini & oleh pertemuan yg tulus semacam ini, satu malam dalam sepekan. Karena itu, saya tetap ingin memberikan hak sentuhan ini pd malam yg mulia ini, yg kedatangannya sangat saya nantikan lantaran saya berbahagia melihat & berbicara kepada Anda semua.
Sebagaimana yg pernah & selalu saya katakan, juga yg saya harapkan agar Anda ketahui, Ikhwan sekalian, janganlah Anda membatasi manfaat pertemuan ini hanya dg menyerap berbagai hakikat keilmuan yg Anda pelajari / ungkapan indah yg Anda hafalkan. Tetapi hendaklah Anda semua ingat bahwa ada nilai lain yg lebih tinggi & lebih luhur, yaitu adanya santapan utk ruhani kita, kedekatan antar kita, serta kebahagiaan kita oleh perjumpaan di jalan Allah & karena Allah ini.
Di samping itu, cinta & persaudaraan, yg merupakan bekal bagi orang-orang lemah, kekayaan bagi orang-orang miskin, serta kebahagiaan bagi orang-orang yg menderita. Pada malam Rabu ini, sebagaimana antusiasme kita utk memperoleh manfaat pengetahuan, kita juga harus antusias utk memperoleh kekuatan ruhani & kebahagiaan jiwa yg terus akan dicurahkan ke dalam jiwa & disiramkan ke dalam ruhani oleh perjumpaan yg tdk diniatkan selain utk mencari ridha Allah swt. & tolong-menolong dalam kebajikan & ketaqwaan. Kita memohon kepada Allah swt. agar menjadikannya sebagai sikap cinta yg tulus, semata-mata karena mencari ridha-Nya, serta bermanfaat di dunia & di akhirat. Sesungguhnya Dia adalah sebaik-baik Pemimpin & Penolong.
Ikhwan yg mulia…
Ada semacam perasaan baru yg ditimbulkan oleh Sentuhan Hati Hari Selasa di dalam jiwa saya pd malam ini, yaitu menerawangnya pikiran & perasaan saya secara bersamaan ke bukit Shafa. Saya mulai merasakan hal ini utk pertama kali ketika saya berdiri melaksanakan shalat maghrib pd malam hari ini. Saya hadapkan pandangan kepada para Ikhwan. Saya melihat ke belakang utk merapikan shaf & menjalankan sunah ini, karena Rasulullah saw. tdk pernah bertakbir utk melaksanakan shalat kecuali setelah melihat barisan yg ada di belakangnya. Kadang-kadang beliau meluruskan shaf sendiri & kadang-kadang beliau menyuruh orang utk meluruskan shaf-shaf tersebut. Beliau pernah bersabda:
سَوُّوا صُفُوفَكُمْ وَحَاذُوا بَيْنَ مَنَاكِبِكُمْ وَلِينُوا فِي أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ
“Luruskanlah shafmu, luruskanlah telapak kaki dg telapak kaki & pundak dg pundak. Dan bersikaplah lunak terhadap tangan saudara-saudaramu. ” 2(Ahmad)
Saya berdiri & memandangi para Ikhwan. Pandangan inilah yg membawa pikiran & perasaan saya kepada peristiwa di tengah bukit Shafa, ketika Rasulullah saw. utk pertama kali dalam sejarah dakwah berkumpul bersama beberapa orang pilihan yg terdiri dari berbagai usia & berasal dari berbagai tempat. Di antara mereka ada yg masih anak-anak, ada yg tua, ada yg muda, ada yg kaya, ada yg miskin, ada tokoh terkenal, ada orang yg tdk terkenal, ada cerdik pandai & terdidik, ada yg ummi & buta huruf, ada yg berstatus budak & ada yg berstatus sebagai orang merdeka. Secara keseluruhan jumlah mereka bisa dihitung dg jari & tdk lebih dari seratus orang. Beliau saw. berkumpul bersama orang-orang pilihan ini di tengah-tengah bukit Shafa, menyirami mereka dg semangat spiritual beliau, menuntun mereka membaca kitab Allah yg agung, & mendiktekan ayat-ayat Allah. Dari mereka itulah beliau membangun umat yg baru, dg dakwah baru & utk dunia baru. Demi Allah, wahai Ikhwan, hampir saja saya lupa bertakbir dalam shalat karena hampir larut membayangkan peristiwa itu. Saya lantas memendam bayangan dalam diri saya. Sekarang kesempatan berdiri di hadapan Anda semua, saya manfaatkan utk menyampaikan perasaan yg terpendam itu. Tidak mungkinkah kelompok yg ada ini menjadi pelanjut dari kelompok dahulu itu? Tidak mungkinkah Anda menyampaikan dakwah baru utk membentuk sebuah kelompok baru yg menjadi fondasi bagi berdirinya sebuah dunia baru?
Rasulullah saw. bersabda:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ
“Akan tetap ada sekelompok umatku yg muncul di atas kebenaran, yg tdk akan menjumpai bahaya dari siapa pun yg memusuhi mereka.” 2(Muslim)
Dalam sebuah atsar juga disebutkan:
“Kebaikan akan ada pd diriku & pd umatku hingga hari kiamat”.2
Saya mengidamkan dari Anda semua menjadi sebagaimana kelompok pilihan yg ada di hadapan Rasulullah saw. ketika itu, yg dimulai dari anak usia 9 tahun hingga orang dewasa berusia 40 tahun. Di dalamnya terhimpun orang miskin yg kebutuhan sehari-harinya tdk terpenuhi & orang kaya yg rezkinya dilapangkan oleh Allah. Persatuan kelompok ini bertumpu pd seseorang, bukan yg paling berpangkat, yg paling banyak keluarganya, / yg paling memiliki berbagai perangkat hidup, tetapi pd seorang laki-laki dari kalangan mereka.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yg diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu adalah Tuhan Yang Esa.”2 (Al-Kahfi: 110)
Mereka bersatu di sekeliling Nabi saw. Apa yg dicita-citakannya? Apa yg dipikirkannya? Apa yg diinginkannya? Sampai sejauh manakah cita-cita kelompok yg mengadakan pertemuan & pembicaraan secara sembunyi-sembunyi ini? Apakah yg diinginkan oleh orang-orang itu? Mereka ingin menanamkan paradigma baru dalam pemikiran masyarakat, menegakkan dunia baru di muka bumi ini, & menyusun bangunan baru dari struktur masyarakat, serta menyambung hubungan antara langit & bumi.
Kelompok kecil yg terpisah dari masyarakat ini ingin memberikan tatanan & nilai-nilai kemanusiaan yg baru kepada umat manusia, dg izin Allah. Tak lama kemudian kelompok ini berhasil memancangkan panji-panji Allah di bumi, menyatukan hati manusia pd Tuhan manusia, menumbuhkan perasaan baru dalam hati, meletakkan kitab baru di hadapan umat manusia, & menciptakan generasi teladan di tengah-tengah manusia, yg berhak mendapatkan sifat & Allah swt.
“Kamu adalah sebaik-baik umat yg dilahirkan utk manusia.”2 (Ali Imran: 110)
Setelah dg penghayatan jiwa, saya mengkhayalkan kelompok pertama yg merupakan pilar dakwah Rasulullah saw. di tengah-tengah bukit Shafa ini & saya dapati bahwa faktor utama yg menjadi landasan tegaknya dakwah tersebut dalam jiwa kelompok ini ada tiga. Seandainya ketiga hal itu berhasil terwujud di dalam diri kita sebagaimana yg telah terwujud dalam diri mereka, niscaya kita akan dibawa melangkah di jalan kemuliaan & kemenangan, sebagaimana yg telah terjadi pd mereka.
Pertama adalah unsur keimanan yg sempurna.2
Keimanan inilah yg membersihkan mereka dari keinginan apa pun selain dakwah. Mereka telah mendengarkan seruan:
“Maka segeralah kembali kepada Allah.” 2(Adz-Dzariyat: 50)
Mereka menjadikan La ilaha Mallah sebagai slogan, pd saat yg sama mencampakkan slogan selainnya. Orang-orang musyrik berada dalam kesesatan, karena mereka mempertuhan selain Allah. Orang-orang Persia berada dalam kesesatan karena mereka mengabdi kepada nafsu & syahwat. Ahli Kitab berada dalam kesesatan karena mereka menjadikan para pendeta & orang-orang alim mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah.
Bumi ini secara keseluruhan berputar di atas poros kesesatan, karena tdk mendapatkan petunjuk & tdk mengambil cahaya dari Allah. Sedangkan mereka berada di atas kebenaran yg nyata karena mereka telah menghindari penyembahan kepada berhala & hawa nafsu serta menyerahkan seluruh pengabdian kepada Allah. Mereka tdk beribadah kecuali kepada Allah, tdk patuh kecuali kepada Allah, tdk bergantung kecuali kepada Allah, tdk memohon kecuali kepada Allah, & tdk merasakan kebahagiaan kecuali karena berdekatan dg Allah. Mereka tdk merasa menderita kecuali oleh dosa yg menjauhkan dari Allah.
Semua itu merupakan faktor pertama yg menyatukan hati mereka, karena mereka tdk berafiliasi kepada si Fulan / si Fulan. “Bapakku Islam, tdk ada bapak selainnya bagiku. Ketika orang-orang berbangga dg Qais & Tamim Mereka tahu bahwa bumi ini milik Allah yg diwariskan kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yg dikehendaki-Nya & bahwa kesudahan yg baik akan diperoleh orang-orang yg bertaqwa. Segala perbedaan yg biasanya mencabik kelompok-kelompok & menjauhkan hati seseorang dari yg lainnya, musnah, lantaran mereka telah diwarnai dg sibghah2 (celupan) Allah.
“Sibghah Allah, & siapakah yg lebih baik sibghah-njz daripada Allah?”2 (Al-Baqarah: 138)
Kedua, unsur cinta, kesatuan hati, & keterpautan jiwa.2
Faktor apalagi yg bisa menjadikan mereka berselisih? Apakah mereka akan berselisih gara-gara kenikmatan dunia yg fana ataukah karena perbedaan gaji, tugas, & status, sedangkan mereka mengetahui bahwa,
“Sesungguhnya yg paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yg paling bertaqwa.”2 (Al-Hujurat: 13)
Jadi tdk ada faktor-faktor yg mengakibatkan mereka terpecah belah. Mereka bersatu & bersaudara, yg satu tdk menghinakan yg lain, tetapi masing-masing mencintai saudaranya dg sepenuh kecintaan, kecintaan yg mencapai tingkatan itsar2 (mengutamakan orang lain).
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yg mereka berikan itu).”2 (Al-Hasyr: 9)
Mereka juga senantiasa menghayati firman Allah:
“Katakanlah, ‘Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatiri kerugiannya, & rumah-rumah tempat tinggal yg kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah & Rasul-Nya & (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan- Nya.’ Dan Allah tdk memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”2 (At-Taubah: 24)
Ketiga, adalah unsur pengorbanan. 2
Mereka telah paham semua ini, sehingga rela memberikan apa saja utk Allah, sampai-sampai ada di antara mereka yg merasa keberatan mengambil ghanimah yg telah dihalalkan oleh Allah utk mereka.
“Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yg telah kalian ambil itu, sebagai makanan yg halal lagi baik.”2 (Al-Anfal: 69)
Terhadap hal ini pun mereka merasa keberatan & menghindari. Mereka meninggalkannya karena mengharapkan pahala dari Allah swt. agar amal mereka tdk dikotori oleh ambisi pribadi.
Ketiga unsur ini, yaitu keimanan yg membersihkan diri mereka dari pikiran apa pun selain ma’rifatullah & ukhuwah yg mengikat hati mereka sehingga seakan-akan menyatu, & pengorbanan yg mendorong mereka utk memberikan jiwa & harta dalam rangka menggapai ridha Allah, yg menyebabkan mereka tampil dalam profil seperti ini.
Faktor-faktor inilah yg telah mengeluarkan sekelompok manusia tersebut dari kehinaan kepada kemuliaan, dari perpecahan kepada persatuan, & dari kebodohan kepada ilmu. Mereka adalah pemberi petunjuk bagi umat manusia & calon-calon pengantin di surga.
Perasaan ini, Ikhwan sekalian, meluap di dalam diri saya ketika saya berdiri melihat Anda semua dalam shaf, & ketika berdiri berceramah di hadapan Anda semua. Saya memohon kepada Allah agar menjadikan kita sebagai pengganti-pengganti mereka, agar kita memurnikan iman kita kepada Allah, agar Dia menjadikan kita orang-orang yg bercinta karena Allah, bersatu di atas kalimat-Nya, sebagaimana mereka telah bersatu & memberikan sesuatu utk menggapai ridha Allah.
Ya Allah, kami menginginkan yg demikian itu; maka jadikanlah kami, ya Allah, demikian.
Salah seorang akh sepekan yg lalu mengusulkan sebuah tema kepada saya. Barangkali dalam kondisi seperti ini, banyak yg mengharapkan saya menyampaikan ceramah dg tema yg jauh dari apa yg akan saya bicarakan kepada Anda semua sekarang. Tetapi, sebenarnya saya mempunyai anggapan bahwa pembicaraan ini sangat dekat dg keadaan kita sekarang.
“Sesungguhnya mereka melihatnya jauh, tetapi kita melihatnya dekat.”2 (Al-Ma’arij: 6-7)
Seorang akh pernah membisikkan ke telinga saya pd akhir kajian yg lalu, “Berbicaralah kepada kami tentang taubat.” Ia lantas pergi meninggalkanku. Tiba-dba ada akh lain berbisik pula, “Ingatkan kami kepada Allah, karena dosa-dosa kami sudah banyak.” Datang orang ketiga yg berbisik, “Insya Allah, pembicaraan kita pd pekan mendatang adalah ‘kita berpikir tentang taubat kita.’” Sedangkan Akh Yahya Afandi Abdul Aziz meminta agar saya melengkapi pembicaraan tentang sejarah para nabi & agar tema yg dipilih malam ini mengenai Sayidina Ibrahim as., supaya tema serial yg pernah saya sampaikan itu lengkap.
Kemudian saya berpikir, tema apakah yg akan saya bicarakan, kemudian saya dapati diri saya tertarik utk berbicara tentang tema pertama, “Taubat”.2
Ikhwan sekalian…
Sungguh menakjubkan. Sebelum berbicara kepada Anda semua, pembicaraan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri. Ini bukan sekedar masalah pembahasan kitab / pentransferan ilmu, tetapi masalah hati yg saling terpaut & bersatu.
Barangkali di antara kita ada yg berhati waspada kemudian berhubungan dg hati yg lalai & mempengaruhinya sehingga ikut waspada. Barangkali di antara kita ada seorang yg maqbul, lantas kita menjalin hubungan dengannya sehingga ia limpahkan kepada kita sebagian kabar gembira tentang kedatangan rahmat yg dilimpahkan Allah kepadanya.
Ikhwan sekalian.
Saya telah banyak berbicara mengenai hal-hal yg tampaknya jauh melenceng dari tema pembicaraan kita sekarang, tetapi saya menganggapnya sangat dekat. Demi Allah, andaikata kita semua bisa melaksanakan taubat dg sebaik-baiknya, niscaya kita akan mempunyai salah satu senjata yg paling tajam. Itulah yg saya katakan bahwa “orang-orang melihatnya jauh, tetapi saya melihatnya dekat”, karena kekuatan ada dua macam: kekuatan khalik & kekuatan makhluk. Jika kekuatan makhluk tdk kita miliki, maka kita bertumpu kepada kekuatan Al-Khalik. Jika kita tdk mampu membela diri kita sebagaimana yg bisa dilakukan oleh penduduk bumi yg lain, maka hendaklah kita memohon pertolongan kepada Allah, sang Khalik.
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yg telah beriman. Sesungguhnya Allah tdk menyukai tiap-tiap orang yg berkhianat lagi mengingkari nikmat.”2 (Al-Hajj: 38)
Jika kita gagal menyempurnakan kekuatan materi, tiada yg harus kita lakukan selain menyempurnakan kekuatan spiritual. Karena itu, Ikhwan sekalian, izinkan saya berbicara kepada Anda mengenai taubat. Semoga dalam pertemuan ini kita bisa menghadapkan hati & bertaqarub kepada Allah dg sebaik-baiknya, sehingga rahmat & ketenangan dari Allah akan turun kepada kita.
“Dialah yg mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung- kampung mereka pd saat pengusiran kali yg pertama. Kalian tiada menyangka bahwa mereka akan keluar & mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yg tdk mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumahrumah mereka dg tangan mereka sendiri & tangan orang-orang yg beriman. Maka ambillah (kejadian itu) utk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yg mempunyai pandangan.”2(AI-Hasyr: 2)
“Jika kalian tdk menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) & membantunya dg tentara yg kalian tdk melihatnya, & Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yg rendah. Dan kalimat Allah itulah yg tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”2 (At-Taubah: 40)
Perhatikan, wahai Akhi, firman Allah swt. ketika menceritakan kisah Nabi-Nya saw.
“Di waktu dia berkata kepada temannya, Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.’”2
Ketika pertolongan dari Allah datang, maka tdk ada satu kekuatan pun bisa mengalahkannya. Kemudian Allah memberikan kasih sayang & rahmat-Nya. Betapa perlunya kita bertaubat, dg taubat nasuha2 (taubat yg sebenar-benarnya), semoga Allah meliputi kita dg perhatian & rahmat-Nya.
Ikhwan sekalian, jika kita berbicara tentang taubat, maka seakan-akan kita berbicara tentang sesuatu yg menjadi tujuan kita. Manusia itu dipengaruhi oleh dua kekuatan: kekuatan ruhani & kekuatan materi.
Anda, wahai Akhi, adalah makhluk spiritual dg ruh yg Anda miliki, tetapi juga makhluk materi dg badan yg membungkus Anda. Karena itu, Anda bisa dipengaruhi oleh kebaikan berkat komponen spiritual Anda, sekaligus bisa dipengaruhi oleh keburukan lantaran komponen material Anda. Anda makhluk spiritual dg rahasia firman Allah,
“Dan telah Kutiupkan padanya ruh-Ku.”2 (Shad: 72)
Pada saat yg sama Anda juga makhluk materi dg rahasia firman Allah,
“Dan Engkau ciptakan dia dari tanah.”2 (Al-A’raf: 12)
Ini adalah penciptaan Anda pertama kali. Masing-masing dari keduanya mempunyai tuntutan, keinginan, permulaan, & akhir yg berbeda dari yg lain, sedangkan Anda maju mundur di antara keduanya. Sekarang Anda pahami firman Allah berikut:
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”2 (Al-Balad: 10)
Anda berada di pertengahan. Ruh menarik Anda ke alamnya yg tinggi, sedangkan materi menarik Anda ke alamnya (tanah) yg rendah.
Allah swt. telah mengutus seorang rasul utk menjelaskan kepada Anda apa yg baik & yg buruk bagi Anda. Allah juga menciptakan musuh yg senantiasa siaga, yaitu iblis, yg telah bersumpah utk menjerumuskan Anda kepada keburukan.
“Kemudian saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka & dari belakang mereka, dari kanan & dari kiri mereka. Dan Engkau tdk akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”2 (Al-A’raf: 17)
Jadi, wahai Akhi, Anda dihadapkan kepada dua kekuatan ini. Jika kekuatan spiritual menang, Anda naik ke alam Al-Malaul A ‘la, tetapi jika kekuatan materi —yang berunsur tanah— menang, Anda jatuh hingga ke martabat yg serendah-rendahnya.
“Maka sesungguhnya beruntunglah orang yg menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yg mengotorinya.”2 (Asy-Sjams: 9,10)
Wahai Akhi, taubat adalah timbangan yg menguatkan & tangga utk meningkatkan kebaikan. Orang-orang bijak pernah mengatakan, “Seluruh maqam mempunyai awal & akhir, kecuali taubat. Ia senantiasa menyertai seseorang sejak dari awal hingga akhirnya. Jika Anda terseret oleh kekuatan jahat, boleh jadi Anda mendapatkan ilham utk bertaubat sehingga kembali sebagaimana keadaan sebelumnya, / Anda terdorong utk terus melakukan kemaksiatan & tetap pd kejahatannya, sehingga Anda kalah dalam pertarungan.”
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dg ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia & menurutkan hawa nafsunya yg rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya & jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).”2 (Al-A’raf: 176)
Adapun orang yg terjerumus, jatuh, & cenderung kepada daun timbangan kejahatan, sedangkan tali yg menghubungkannya dg kebaikan hampir terputus, akan tetapi ia menyadari kesalahan & bertaubat, segera berdiri dg penuh rasa takut, tunduk, taubat & penyesalan, maka ia akan pulih kembali kepada posisinya semula, bahkan daya tahannya semakin kuat, sehingga dirinya semakin dekat kepada kebaikan.Itu telah diisyaratkan oleh firman Allah:
“Dan (juga) orang-orang yg apabila mengerjakan perbuatan keji / menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka & siapa lagi yg dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tdk meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka & surga yg di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; & itulah sebaik-baik pahala orang-orang yg beramal.”2 (Ali Imran: 135-136)
Jika seseorang tekun bertaubat, terus-menerus mengingat & melaksanakannya, maka sebagai hasilnya akan tumbuh dalam dirinya daya kewaspadaan. Jika setan datang membisiki & menggoda utk mengikutinya, ia segera sadar, tetap pd pendiriannya, & takut kepada perintah Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yg bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.”2 (Al-A’raf: 201)
Jika ia terus memegang teguh taubat, maka setan akan putus harapan terhadapnya, karena tahu bahwa ia telah melindungi diri dg kewaspadaan; diri, perasaan, & ruhnya telah disinari oleh hakikat pengetahuan yg benar, selain juga ketaatan. Ketika itulah ia berada dalam lindungan Allah.
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tdk ada kekuasaan bagi kalian terhadap mereka.”2 (Al-Hijr. 42)
Wahai Akhi, ini semua tdk terjadi karena ia senantiasa membawa semangat bertaubat. Karena itulah, wahyu berikut diturunkan:
“Apabila telah datang pertolongan Allah & kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dg berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dg memuji Tuhanmu & mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.”2 (An-Nashr: 1-3)
Ketika shalat, dalam ruku’ & sujud beliau membaca:
“Mahasuci Allah, & dg memuji-Mu maka ampunilah aku.”2
Wahai Akhi, Anda mendapati anjuran utk bertaubat. Cukuplah bila Anda mengetahui bahwa ia merupakan sebab yg mendatangkan kecintaan Allah.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yg bertaubat & orang-orang yg menyucikan diri.”2 (Al-Baqarah: 222)
Di antara sentuhan makna halus yg terkandung dalam taubat, Ikhwan yg mulia, adalah bahwa ketika bertaubat, Anda memuji Allah.
Taubat adalah karunia Allah kepada Anda, bukan karunia Anda kepada Allah. Tetapi Allah swt. adalah Dzat yg telah memberikan taufiq & ilham kepada Anda utk melaksanakan taubat, sebagaimana Dia telah mengilhamkan hal itu kepada moyang Anda:
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”2 (Al-Baqarah: 37)
Semula Adam tdk mengetahui bagaimana cara bertaubat, lantas Allah mengajarinya. Itulah teladan yg dibuat oleh Allah utk Anda.
“Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya.”2 (Thaha: 1 2 2 )
Jika Allah tdk menghendaki Anda bertaubat, niscaya Dia tdk memberikan ilham kepada Anda utk bertaubat.
Jika Anda kembali kepada Allah dg bertaubat, maka itu merupakan petunjuk bahwa Dia mencintai Anda.
“Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”2 (At-Taubah: 1 1 8 )
Dalam doa sayyidul istighfar, Rasulullah saw. berdoa:
‘Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Engkau telah menciptakan diriku, sedangkan aku adalah hamba-Mu & aku berada di atas perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada- Mu dari kejahatan perbuatanku. Aku mengakui nikmat yg Engkau limpahkan kepadaku & mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku, karena tdk ada yg mengampuni dosa kecuali Engkau.”2
Nabi saw. pernah bersabda:
“Barangsiapa mengucapkannya pd sore hari dg penuh keyakinan, kemudian pd malam harinya meninggal dunia, niscaya ia masuk surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pd pagi hari dg penuh keyakinan, kemudian pd siang itu ia meninggal dunia, maka ia masuk surga.”2
Pertama kali yg Anda katakan kepada Tuhan Anda dalam istighfar ini adalah, ‘Ya Allah, Engkaulah Tuhanku.” Anda bertawasul kepada Allah dg pendidikan-Nya terhadap Anda, perjanjian-Nya terhadap Anda, kemudian dg keesaan-Nya dalam tauhid.
Setelah itu Anda menyatakan bahwa segala nikmat berasal dari-Nya. Lantas Anda mengatakan, “Engkau telah menciptaku,” berarti Anda mengakui sifat kehambaan bagi diri Anda: “Sedangkan aku adalah hamba-Mu,” berarti Anda mengakui perjanjian antara Anda dengan-Nya; “Dan aku berada di atas perjanjian-Mu,” yakni mengakui janji yg dijanjikan-Nya, ketika Ia mengambil perjanjian darimu: “dan janji-Mu, sebatas kemampuanku. “Kemudian mengakui nikmat yg diberikannya kepada Anda, “Aku mengakui nikmat yg Engkau limpahkan kepadaku,” karena sesungguhnya Allah swt. adalah sumber segala nikmat & yg memberikan taubat. Kemudian Anda mengakui dosa, “Dan aku mengakui dosadosaku”.
Ternyata Anda adalah seorang pelaku dosa yg suka memohon ampunan, “Maka ampunilah aku, karena tdk ada yg mengampuni dosa kecuali Engkau.” Seraya mengatakan, “Ya Allah, tdk ada alasan yg bisa aku kemukakan, tdk ada kekuatan yg bisa kumintai pertolongan; jika Engkau mengampuni, itu merupakan kemurahan, & jika Engkau menyiksa, itu pun merupakan keadilan.”
Ikhwan sekalian…
Apakah Anda semua ingin agar kita bisa berhubungan dg Allah, sehingga kita memperbarui taubat?
“Mudah-mudahan Tuhan kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian & memasukkan kalian ke dalam surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai.”2 (At-Tahrim: 8)
Semoga shalawat & salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad, juga kepada segenap keluarga & sahabatnya.

Sumber: al-ikhwan.net

0 komentar:

Posting Komentar