Orang cerdas
kayaknya saat ini lagi laris manis bak cilok yang ada dimana- mana. Ungkapan-
ungkapan yang terlontar dan terdengar , “udah keren, cakep, cerdas lagi,” dan
berbagai ungkapan yang sejenis. Bahkan dalam ajang yang notabene mengumbar
aurat semisal pemilihan model, miss
universe dan miss miss
yang lain. Brain juga dimasukkan sebagai salah
satu kategori kemenangan
biar keren githu lho kelihatannya. Meski pada faktanya kecerdasan juga belum
tentu masa depan yang cemerlang! Lho kok bisa?
Hmm...Untuk
menjawab hal beginian emang enggak mudah sih........, apalagi bagi orang yang
masih perlu banyak belajar kayak
yang nulis, tapi kita coba ulas apa yang pernah ane tau ja ya........!, bagi-
bagi ilmu biar nambah ilmunye.
Baru – baru ini
banyak banget diselenggarakan olimpiade,
lomba karya tulis dan yang berbau akademis maupun nonakademis lainnya dengan
skala nasional maupun internasional. Tapi kalo kita amati, sepertinya nama- nama
yang muncul mayoritas orang- orang nonmuslim. Mana ne muslim muslimah
jempolan?? Apa iya kita ini
umat
terbelakang?
Semua pasti
serempak kayak paduan suara menjawab “
enggak banget deh,” Wong ayat pertama yang di turunkan pertama kali yang
tentunya bertentangan sangaaad dengan
pertanyaan di atas. Karena tidak sedikit cendikiawan – cendikiawan muslim
pentolan, yang paling termashyur di negara kita mungkin Pak Habibie. Beliau adalah
seorang muslim yang cerdas, sangat diperhitungkan dan menjadi salah satu warga
negara kehormatan di negara sekaliber
Jerman. Dan tentunya masih banyak lagi cendikiawan- cendikiawan muslim yang
lain dengan seabtek karya dan prestasi yang kalau kita tulis bisa jadi
ensiklopedi.
Sebagaimana kita
ketahui orang cerdas bukanlah sesuatu yang langka banyak begete malah. Tapi
cerdas yang bagaimana dlu neh?Apa saja sesuatu dan hal lain yang menghalangi
kita untuk menjadi orang- orang cerdas yang sejati, kayak iklan rokok aja sejati bikin bangga.
Banyak orang
cerdas yang dengan kecerdasan yang dimiliki bukannya jadi penolong umat tapi
malah penghancur umat. Dengan bertambahnya ilmu yang dimilikinya bukannya
semakin menambah baik iman dan amalnya. Ehh.....malah orang yang ragu dengan
kebenaran islam ato bahasa kerennya Muzabzab (ragu antara iman dan kufur).
Sehingga ide-
ide rusak seperti feminisme, kesetaraan gender, dan apa mungkin nama-
nama lainnya. Hingga tataran pola permisif dan hedonis dianutnya. Ia menganggap
bahwa ide-ide itulah yang membuat dunia barat maju (padahal g’ githu juga).
Karena itu, bila umat muslim ingin maju maka ide- ide itulah yang seharusnya
dianut. Waduh gawat gati semeton!, pada lupa mungkin ya, kalo kita punya Al- Qur’an yang tidak akan
pernah ketingalan zaman.
Bila cerdas
seperti itu yang dimaksudkan, sungguh adalah cerdas yang tidak mencerdaskan
bahkan cerdas yang kampungan. Cerdas yang merusak alias destruktif.
Karena kecerdasannya Cuma dalam tataran angka di atas kertas yang bernama IP,
tapi secara nyata ia merusak pemahaman dan aqidah umat dengan ide- ide
kufurnya.
Padahal cerdas
yang sesungguhnya adalah cerdas yang sesuai syariat. Seseorang dikatakan cerdas
ketika ilmu yang didapatnya maka makin bertambah keyakinannya kepada allah dan
berjuang menegakkan kalimat- Nya. Kecerdasan dalam islam meliputi semuanya.
Ketika kita melihat alam semesta dan berpikir tentang penciptaan- Nya, pastilah akan muncul
–stimulus- stimulus – untuk lebih mengagungkan-Nya lagi, semakin yakin akan keberadaan dan
kemahabesaran-Nya, Sang pencipta sekaligus pengaturnya.
Semua hal di
atas tidak akan mungkin kita bisa dengan pengerahuan agama yang hanya bersifat
turun – temurun tanpa pemahaman yang benar, yang akan menyebabkan kita mudah
digoyahkan oleh pemikiran- pemikiran yang akan merusak moral dan akidah kita.
Untuk mendapatkan pemahaman agama yang benar, tentunya dibutuhkan usaha,
lingkungan yang mendukung, teman- teman yang selalu mengingatkan ketika salah
dan menyemangati ketika lemah. Bukan dengan bim
sala bim kita menjadi orang baik.
Dibutuhkan
proses pembelajaran yang sedikit- demi sedikit yang dikenal dengan Tarbiyah.
Dengan waktu belajar agama islam yang dijatahkan dua SKS cukuppkah?? Wah.......Pertanyaan apa pula ini? Pernah
enggak sih pertanyaan seperti ini terbersit di benakmu saudara/ i ? Ato mungkin
di antara kita malah ada yang cuek bebek, tanpa ada perhatian sedikitpun !!
Terus solusinya
gimana buk/pak?? Maha Besar Allah yang
Mahatahu kebutuhan hamba- Nya. Di kampus kita ternyata masih ada saudara/
saudari kita yang sangat perhatian, yang bahkan rela mengorbankan waktu,
tenaga, biaya untuk terus mengingatkan kita dalam kebenaran dan kesabaran.
Mentoring!!
Apa itu?
Mentoring adalah suatu wadah......nampan
juga bisa, dengan sistem pembelajaran yang struktur dengan baik, tidak kaku kayak di
kelas, karena kegiatannya bisa sambil jalan- jalan, rujakan party, bakri (Bakar
ikan) dan banyak hal hal seru yang g’ kalah asyik dan tentunya sambil belajar
agama juga. Keren kan!
Udah bisa
seneng- seneng tapi juga nambah pengetahuan biar enggak jadi mahasiswa
kupeng ( kurang pengetahuan) dan kuper
(kurang pergaulan). Pokonya mantap tenan, enaknya
juga bisa minta tolong di ajarin terkait tugas kuliah, dan lainnya.
Seperti itulah
mahasiswa seharusnya, cerdas yang multi fungsi. Ya cerdas otaknya, cerdas
emosionalnya, dan yang pasti cerdas spiritualnya. Jangan sampai salah kaprah,
apalagi malah kebalikannya. Apa gunanya cerdas secara IQ tapi lupa lupa pada
pemberi kecerdasan itu sendiri? Apa gunanya juga gelar berderet tapi ternyata
kufur nikmat!
Ah, ternyata itu
semua memang tak ada gunanya bila kecerdasaan yang ada ternyata tidak mampu
membuat pemiliknya Mengenal Rabb- Nya. So,jangan pernah mau jadi cerdas yang
bablas binti tidak tau diri. Cerdas itu kudu taat syari’at! Jadilah pemuda/
pemudi yang sudah cakep, keren, sudah soleh............prestasinya oke!!
Harussssss itu
Allahuakbar
Jayalah Islam
Dimuliakan
Perjuanganmu
Allahuakkbar
Tinggilah Islam
Tinggi karena
perilakumu
( Derap kemenangan, Snada)
Oleh
:
Eka
Rahmi Hayati
Koordinator
Keputrian MT Al-Kahfi 2011
0 komentar:
Posting Komentar