Tak semegah istana negara, tak
seindah mahligai sang raja. Hanya beratapkan rumbia, berlantaikan tanah dan
berdindingkan anyaman bambu. Jikalau hujan datang, aku kebasahan karena
dedaunan rumbia yang mulai rapuh. Jikalau angin berhembus, aku kedinginan
karena sulaman bambu dinding rumahku sedikit demi sedikit mulai patah. Meskipun
begitu aku tetap bertahan untuk tinggal di situ. Setidaknya itu adalah rumahku.
Rumah yang aku bangun oleh jerih payahku sendiri. Bukan dari hasil rampasan hak
orang lain.
Namun kini apa hendak dikata. Ketika
datang orang-orang berseragam hitam bersama eskavator itu, rumahku kini telah
menjadi puing-puing yang menyatu dengan tanah. Ingin aku menangis, namun apa
yang hendak ditangisi? Bukankah Laut, tanah dan udara adalah milik mereka? Aku
tahu diri. Aku bukanlah penguasa namun dikuasa. Setiap kata yang terlontar dari
mulutku tidak akan di dengar. Siapalah aku?
Hanya orang kecil yang tidak ada pengaruhnya untuk bangsa ini.
Hanya orang kecil yang tidak ada pengaruhnya untuk bangsa ini.
Kini rumahku hanya beratapkan
langit, beralaskan tanah. Terkadang aku berada di trotoar dengan sepasang
bajuku yang mulai kusam. Kadang pula, untuk berlindung dari hujan aku tidur di
emperan toko hingga pemilik toko bangun lalu mengusirku. Inilah aku.. Seorang
rakyat yang terlontang-lanting di jalanan mencari setitik haknya yang mungkin
masih tersisa. Meskipun aku tak punya hak untuk tinggal di rumahku yang telah
dihancurkan olehmu namun setidaknya aku masih mempunyai hak untuk dilindungi
sebagai rakyatmu.
Duduk bergoyang-goyang di atas
singgasana membuat engkau lupa akan segalanya. Engkau lupa akan mana yang Hak
dan mana yang Wajib. Termasuk janji-janji yang pernah terucap di bibirmu dahulu
yang meyakinkanku untuk memilihmu menjadi pemimpinku.
Apakah
gemerlapnya hiasan istana telah menyilaukan matamu sehingga tak dapat lagi kau
melihat betapa banyak orang yang bernasib sama denganku? Ataukah tingginya
tahta telah mengeraskan hatimu, menutupi nuranimu sehingga tak sedikitpun
terpikir olehmu bagaimana jika engkau berada di posisiku?
Aku tak berharap banyak darimu.
Hanya sedikit hakku yang telah kau ranggut dari diriku. Aku ingin engkau
menjaga kepercayaanku pada dirimu. Jangan engkau mengambil hakku lagi. Sudah
terlalu banyak orang yang menderita karena ketidakamanahanmu. Aku tak mau lagi
mendengar janji manis yang berselimutkan kebohangan di balik tutur ramahmu.
Mengapa engkau bertindak tanpa
memberi solusi? Mengapa engkau berkata jarang ada yang pasti?
Aku hanyalah satu dari sekian banyak
orang yang terampas haknya olehmu. Hanyalah satu dari sekian banyak orang yang
mengharapkan rumah tempat mereka berlindung.
Untukmu yang memimpinku… Kembalilah
pada tuhanmu. Tahukah kamu suatu ketika semua ini akan engkau pertanggungjawabkan.
Termasuk diriku yang terluka oleh kepemimpinanmu. Ini hanyalah sebuah curahan
hati dari orang yang terrampas haknya. Yang tak lagi mempunyai rumah tempat ia
berlindung. Untukmu pemimpinku… Aku tak ingin engkau jadikan, namun jadilah
rumah tempat aku berlindung dan mengadu apa yang hendak aku adu. Tempat untuk
ku curahkan resah dan gundahku serta sakit hatiku.
By:
kk Zulia (Cokep MT-Al Kahfi 2013)