Bismillah. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam
semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad, beserta keluarganya, para
sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan.
Sebagian kaum Muslimin ternyata masih banyak yang belum memahami mengapa mereka
perlu untuk menghafal Al Qur’an. Bahkan ada yang mengatakan, “mengapa kita
bangga dengan anak-anak yang hafal Qur’an yang notabene bukan bahasa kita?
bukankah lebih baik mengajarkan mereka membaca terjemahannya agar bisa
menerapkan nilai luhur di dalamnya?”
Perkataan ini keluar tentu karena ketidak-pahaman mengenai keutamaan dan
urgensi menghafal Al Qur’an. Orang tersebut juga tidak memahami keutamaan Al
Qur’an serta bagaimana cara mempelajari Al Qur’an, sehingga ia merasa cukup
dengan terjemahan Al Qur’an saja dalam mempelajari Al Qur’an. Oleh karena itu
mari kita simak pembahasan berikut..
Hukum menghafal Al Qur’an
Syaikh Ibnu Baz mengatakan, “menghafal Al Qur’an adalah mustahab (sunnah)”
(Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 89906). Namun yang rajih insya Allah, menghafal Al
Qur’an adalahfardhu kifayah, wajib diantara kaum Muslimin ada yang menghafalkan
Al Qur’an, jika tidak ada sama sekali maka mereka berdosa (Al Mausu’ah Al
Fiqhiyyah, 17/325).
Keutamaan menghafal Al Qur’an
1. Penghafal Qur’an adalah Shahibul Qur’an
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari
shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda
nabiShallallahu’alaihi Wasallam:
يؤم
القوم
أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap
kitabullah”
maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu
tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak
bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui
keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia
menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan
untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).
2. Al Qur’an akan menjadi syafa’at bagi shahibul Qur’an
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
“bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at
bagi shahibul Qur’an” (HR. Muslim 804)
3. Derajat di surga tergantung pada hafalan Qur’an
Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di
surga kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يقال
لصاحب
القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها
“akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat) : bacalah dan naiklah,
bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena
kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca” (HR. Abu Daud 2240,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
4. Termasuk sebaik-baik manusia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيركم
من
تعلم
القرآن وعلَّمه
“sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR.
Al Bukhari 4639).
5. Allah mengangkat derajat shahibul Qur’an di dunia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إن
الله
يرفع
بهذا
الكتاب أقواماً ويضع به آخرين
“sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Al Qur’an ini dan
menghinakan yang lain dengannya” (HR. Muslim 817)
6. Penghafal Al Qur’an lebih diutamakan untuk menjadi imam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يؤم
القوم
أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap
kitabullah” (HR. Abu Daud 582, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Urgensi menghafal Al Qur’an.
Selain keutamaan-keutamaan di atas, ada beberapa hal juga yang menjadi
pendorong untuk kita semua agar menghafalkan Al Qur’an:
1. Meneladani Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
Panutan kita, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menghafalkan Al Qur’an,
dan setiap bulan Ramadhan Jibril datang kepada beliau untuk mengecek hafalan
beliau. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
كان
رسول
الله
صلى
الله
عليه
وسلم
أجود
الناس
،
وكان
أجود
ما
يكون
في
رمضان
حين
يلقاه
جبريل
،
وكان
يلقاه
في
كل
ليلة
من
رمضان
فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan.
Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril.
Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus” (HR.
Bukhari, no.6)
2. Membaca Al Qur’an adalah ibadah yang agung
Membaca Al Qur’an adalah ibadah, setiap satu huruf diganjar satu pahala.
مَنْ
قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“barangsiapa yang membaca 1 huruf dari Al Qur’an, maka baginya 1 kebaikan. dan
1 kebaikan dilipat-gandakan 10x lipat. aku tidak mengatakan alif lam miim itu
satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf” (HR. At
Tirmidzi 2910, ia berkata: “hasan shahih gharib dari jalan ini”)
Dan banyak lagi keutamaan dari membaca Al Qur’an. Maka seorang Muslim yang
hafal Al Qur’an dapat dengan mudahnya membaca kapan saja dimana saja, langsung
dari hafalannya tanpa harus membacanya dari mushaf. Dan ini merupakan ibadah
yang agung. Ibnu Mas’ud berkata:
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
“Barangsiapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya,
maka perhatikanlah, jika ia mencintai Al Quran maka ia mencintai Allah dan
Rasul-Nya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al Haitsami dalam Majma Az
Zawaid berkata: “semua rijalnya shahih”).
3. Modal utama dalam mempelajari agama
Al Qur’an adalah sumber hukum dalam Islam. Dengan menghafalkan Al Qur’an,
seseorang lebih mudah dalam mempelajari ilmu agama. Ia mempelajari suatu
permasalahan ia dapat mengeluarkan ayat-ayat yang menjadi dalil terhadap
masalah tersebut langsung dari hafalannya. Yang kemudian ia perjelas lagi
dengan penjelasan para ulama mengenai ayat tersebut. Ibnu ‘Abdl Barr
mengatakan:
طلب
العلم
درجات
ورتب
لا
ينبغي
تعديها، ومن تعداها جملة فقد تعدى سبيل السلف رحمهم الله، فأول العلم حفظ كتاب الله عز وجل وتفهمه
“Menuntut ilmu itu ada tahapan dan tingkatan yang harus dilalui, barangsiapa
yang melaluinya maka ia telah menempuh jalan salaf rahimahumullah. Dan ilmu
yang paling pertama adalah menghafal kitabullah ‘azza wa jalla dan memahaminya”
(dinukil dariLimaadza Nahfadzul Qur’an, Syaikh Shalih Al Munajjid).
4. Modal utama dalam berdakwah
Kata para ulama, hidayah ada 2 macam: hidayah taufiq yang ada di tangan Allah
danhidayah al irsyad wal bayan yaitu dakwah yang menjadi tugas para Nabi dan
Rasul dan juga kita. Dan Al Qur’an adalah sumber dari hidayah ini, Allah Ta’ala
berfirman:
(إِنَّ
هَذَا
الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ) (الإسراء: من الآية9)
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan hidayah kepada (jalan) yang lebih lurus”
(QS. Al Isra: 9)
5. Menjaga keotentikan Al Qur’an
Salah satu keistimewaan Al Qur’an adalah keotentikannya terjaga, tidak
sebagaimana kitab-kitab samawi yang lain. Dan salah satu sebab terjaganya hal
tersebut adalah banyak kaum Muslimin yang menghafalkan Al Qur’an di dalam
dada-dada mereka. Sehingga tidak mudah bagi para penyeru kesesatan dan
musuh-musuh Islam untuk menyelipkan pemikiran mereka lewat Al Qur’an atau
mengubahnya untuk menyesatkan umat Islam.
6. Tadabbur dan Tafakkur
Dengan menghafal Al Qur’an, seseorang bisa lebih mudah dan lebih sering
ber-tadabburdan ber-tafakkur. Yaitu merenungkan isi Al Qur’an untuk mengoreksi
keadaan dirinya apakah sudah sesuai dengannya ataukan belum dan juga memikirkan
tanda-tanda kebesaran Allah. Allah Ta’ala berfirman
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
“Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”
(QS. Muhammad: 24).
7. Mengobati
Al Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan penyakit jasmani. Allah Ta’ala
berfirman
(وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ) (الإسراء: من الآية82)
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar” (QS. Al Isra: 82).
sumber: Diary Satya